Sahabat Pembaca

Friday, October 26, 2012

my Confesion


IK HOUVAN JE
Semasa Sekolah Dasar
Manusia dan perjalanan hidupnya adalah sebuah misteri penuh makna dan arti yang mesti diambil pelajaran untuk kita menatap masa depan agar lebih baik, berbicara akan Cinta mungkin saya adalah salah satu manusia yang sulit dan cenderung selektif dalam memilih seseorang untuk saya pilih sebagai pujaan hati.
Karena saya adalah orang yang sulit untuk melupakan kenangan indah dengan seseorang, saya adalah manusia yang dilahirkan normal layaknya anak-anak pada umumnya, tetapi saya dilahirkan dengan kepekaan hati yang cenderung amat sensitif, saya seperti bisa merasakan kesedihan orang tua saya bahkan ketika saya belum beranjak sekolah sekalipun.
Dari kecil hingga saya beranjak dewasa (dalam segi umur)  amat sedikit seorang gadis yang mampu  mencuri perhatian hati saya, saya lebih cenderung nyaman dengan dunia kesenangan saya sendiri, TK hingga kelas setidaknya 3 atau 4 SD saya sedang senang-senangnya bermain sepeda, untuk tahu saja, saya termasuk paling cepat dalam mengayuh sepeda ketika berlomba dengan teman-teman sebaya, bahkan ketika saya berumur 6 atau 7 tahun diantara teman-teman saya, saya yang pertama di kampung anak yang melepas roda tambahan sebagai penyeimbang (ban kecil yang biasa di pasang di roda belakang), saya juga sudah mengajarkan teman sebaya saya untuk menaiki sepeda.
Kesenangan saya terhadap sepeda karena kesenangan saya melihat perlombaan motor balap Grand Prix 500, terutama waktu itu idola saya adalah Max Biaggi, saya sangat suka ketika motor besar berwarna merah dengan logo besar merk rokok berkapasitas mesin 500 cc yang ditunggangi oleh Biaggi melewati tikungan-tikungan dengan kecepatan tinggi, dengan lutut yang menyentuh tanah namun tidak jatuh, hal itu yang sering saya coba dilapangan tanah di kampung, dan sering saya jatuh juga karenanya…hehehe
Beranjak besar lagi saya mulai menyukai bermain sepak bola (Tarkam), saat bermain bola juga saya tidak bisa dibilang jelek juga, karena saya lebih suka bermain sebagai striker, dan tendangan saya dikenal keras dan terarah, saya bisa menendang bola ke gawang dengan jarak sekitar 10 meter lebih dengan penjaga gawang disana namun tetap menghasilkan gol, itu di kampung lain dengan di sekolahan, mungkin saking banyaknya teman-teman saya merasa minder sehingga saya lebih nyaman menjadi bek saja, oh ya dulu saya pernah ketika SD ikut dalam organisasi Pencak Silat Merpati Putih dan hahahahaha saya cuma bertahan selama 1 tahun, ya… karena ada dua alasan saya akhirnya memutuskan untuk berhenti mengikuti latihan( meskipun saya sempat hingga mendapat sabuk pertama saya), pertama saya sering dilihat oleh teman-teman sekelas ketika saya melakukan latihan di sekolah dan mungkin entah karena iri atau ingin menjajal kemampuan saya, teman sebaya sering melakukan bullying dan memancing amarah saya, kedua saya sering melakukan sparing partner atau lawan tanding dengan sesama teman pencak silat dan pada hari saya memutuskan berhenti dikarena saya di adu dengan teman yang lumayan jago kemampuan pencak silatnya, karena teman akrab saya ini yang mewakili organisasi kami ketika pengenalan kepada murid baru yang mendaftar di sekolah kami, pertandingan memang berjalan seimbang dengan jarak yang cukup dekat, sehngga kami saling sulit untuk melakukan pukulan nilai ke tubuh masing-masing, hal itu terus berlangsung hingga 5 menit kedepan kami masih saling mencari celah untuk melayangkan tendangan ataupun pukulan ke tubuh masing-masing, klimaksnya entah kesalahan saya ataupun kejelian teman saya ini, dia berhasil melayangkan tendangan sabitnya kerusuk kanan saya… dan anda tahu seketika itu pula sesak yang amat sangat pada rusuk kanan saya, memang sebelum dia melayangkan tendangan sabitnya saya lebih dulu melayang kan tendangan T saya ke perutnya, saya sengaja memilih tendangan ini pada waktu itu dikarenakan ingin memberi ruang buat saya bergerak, tapi malah hal ini memberikan kesempatan dia untuk segera membalasnya lebih “sadiz” ke tubuh saya, seketika itu saya merintih kesakitan dan meminta kepada guru untuk menyudahinya meskipun teman saya dan guru masih bersemangat melihat pertandingan kami. Bekas tendangan itu saya rasakan hampir selama seminggu, sehingga saya sulit untuk sekedar duduk santai, hal itu saya sembunyikan dari orang tua saya, bahkan ketika ibu bertanya kenapa saya berhenti berlatih pencak silat. Oh ya saya juga punya pengalaman ketika saya tenggelam di kolam renang ketika guru olah raga saya menyuruh saya untuk berenang (cukup diketahui dari SD hingga sekarang saya Kuliah, saya masih belum bisa berenang J), saya takut sebenarnya namun guru saya meyakinkan dengan tangannya yang mengangkat seolah-olah saya ingin ditangkapnya, tidak berfikir panjang seketika itu pula saya dengan beraninya terjun ke kolam renang dengan kedalam 1,5 meter, dan bisa ditebak yang terjadi kemudian adalah saya gelagapan mencari ruang udara untuk bernafas, tak terfikir apapun kalau air kolam renang itu hiegenis untuk diminum, entah berapa gelas mungkin saya meminumnya…hahahah tapi untung ada teman karib saya, teman pencak silat yang sudah mencederai rusuk saya menyelamatkan. Saya tetap saja meronta, ketika dia merangkul tubuh saya karena panik, hal itu yang tanpa sadar membuat tangan saya menekan kepalanya yang membuat dia sendiri tertahan dibawah air oleh tangan saya, tapi salut, dia tidak melepaskan saya malah dia yang membawa kepinggir tepian kolam, saya naik dengan tubuh yang sangat tidak enak, setelahnya saya pamit pulang, dengan mengendarai sepeda saya pulang dengan lebih dahulu membeli bubur ayam dekat sekolah karena sejalan, karena tubuh saya masih tidak enak sekali, saya memakan bubur ayam itu cepat, tetap saja tidak bisa menghilangkan rasa enek dan mual saya, tak lama berselang lama kemudian bisa ditebak saya mengeluarkan kembali makanan yang baru saja dimakan L.
Semasa smp
Lulus SD orang tua tidak membolehkan saya bersekolah jauh dari rumah atau setidaknya seperti kedua kakak perempuan saya, yang bersekolah di Jakarta, tapi sekolah yang saya berada waktu itu adalah SMP 6 Bekasi tempat dimana 1 Musisi dan 1 Band terkenal di Indonesia. Iya… yakni Iwan Fals dengan fans fanatiknya OI (Orang Indonesia) dan Band Slank dengan fans fanatiknya (Slankers). Iyah sebutan prokem sekolah kami adalah Belfast but eits…nanti dulu ini bukan ibukota di Irlandia Utara loch, tapi singkatan dari belakang fasar…hahaha agak maksa ya…tapi sebenarnya hanya Belpas…nah di SMP ini saya menemukan kesenangan saya terhadap unggas yakni Ayam, entah itu ayam Kampung, ayam Bekisar, ayam Negri ataupun ayam jago yang jika berkluruk bisa bagus dan panjang, ya ayam Pelung…
Biasanya saya menyisihkan uang jajan untuk kesengan saya ini. Selepas pulang sekolah ketika teman-teman yang lain untuk sejenak bercengkerama atau istilah gaulnya nongkrong-nongkrong saya lebih suka langsung menuju penjual Ayam yang kebetulan tidak jauh dari sekolah saya. (kan sekolah saya belakang pasar…he), biasanya saya hanya melihat-lihat dulu setiap penjual Ayam yang berjejer disepanjang jalan dekat masjid besar Pondok Gede tersebut (kata Ibu, saudara saya Mbah Mukhlas juga ikut serta dalam membangun Mesjid itu).
Hal itu terus berlangsung hampir setiap hari selama saya SMP, dan mau tahu akibat kegemaran saya itu, di kampung rumah, saya terkenal dengan jumlah ayam yang paling banyak dibanding dengan tetangga-tetangga saya, walau saya baru menekuni hobi saya ini, dan saya termasuk anak-anak karena tetangga saya yang memiliki ayam banyak adalah orang tua, mereka bahkan memiliki pekarangan yang luas dengan jumlah kandang yang banyak, dan saya hanya memiliki kandang tingkat satu dengan 6 pintu dan tangkringan ayam sepanjang tidak lebih 2 meter dengan empat bambu sebagai pijakan ayam, dan itu penuh semua terisi, mungkin jumlahnya sekitar 15-20 ekor besar dan kecil, semuanya rukun dalam satu tangkringan yang dibuat Bapak, banyak yang ketika melihat ayam saya merasa iri kenapa ayam saya bisa tidur bareng pepet-pepetan berjejer padahal bercampur ada yang besar dan kecil dan berlainan jenis, (ada sebagian ayam saya yang tidur di atas pohon). Ya itu yang mengalihkan dunia saya dari keindahan wanita yang Allah ciptakan, tapi beranjak kelas 3 SMP saya dimasukkan dikelas unggulan kedua disekolah (padahal saya jarang belajar dan mengerjakan PR loh…hehehe),
Eh ada satu cerita lucu ketika awal-awal saya masuk sekolah SMP, saya ketika lulus SD orang tua saya menyunatkan saya dengan adik saya, tapi adik saya malah yang jauh lebih dulu proses penyembuhannya (lawong habis disunat dia malah manjat-manjat tiang tenda, dan saya meringis kesakitan di kamar), akhir kata saya telat seminggu masuk sekolah, itupun ibu paksakan saya masuk sekolah takut terlalu lama tertinggal pelajaran di sekolah, tapi dengan jalan yang masih tertahan, maklum baru pertama pake celana…hehehe bisa dibayangkanlah…
Selang beberapa pecan, entah kenapa ada group perempuan teman sekelas yang selalu melirik ke arah saya ketika di ruang kelas atau melintas di depan mereka, jam istirahat saya selalu langsung pergi ke Masjid Besar dekat sekolah, nah pada suatu waktu ketika saya melintasi group mereka, tiba-tiba saja ada yang menarik tanggan saya ke dalam kerumunan perempuan-perempuan itu, secara reflek saya terkaget dan menarik kembali tangan saya hingga terlepas dari dekapan salah satu dari mereka, saya langsung berlari masuk keruangan meninggalkan mereka dengan rasa takut…hahahahahaha dulu memang saya takut dengan kaum hawa (mungkin malu). Entah maksud apa hingga mereka lakukan itu semua masih menjadi misteri hingga kini. (padahal menurut saya waktu itu, mereka termasuk yang paling cantik-cantik di sekolah dan pintar  loh…Alhamdulillah kelas saya dianugerahi secuil malaikat surga oleh Allah…he).
Nah di perpisahan kelas SMP, kebetulan kami satu angkatan pelesir dengan guru-guru kelas 3 selama 3 hari 2 malam di Puncak…hari pertama saya bercanda dengan teman perempuan saya sehingga terpeleset dengan lebih dahulu lutut saya terantuk batu…hwuaaa rasa sakitnya teramat sangat, namun saya paksakan untuk bangun dan berjalan santai menuju kamar seketika itu pula, seolah-olah tidak terjadi apa-apa, saya cuma bilang ingin beristirahat di kamar, praktis “ML” (malam pertama di puncak saya habisi dengan tiduran di kamar berselimut tebal menutupi tubuh saya, sekedar mengurangi rasa dingin yang merasuk tubuh.( maklum di Pondok Gede cuacanya panas). Ada beberapa teman yang kembali masuk kekamar cuma sekedar mengambil barang yang ingin diambil dan bertanya tentang keadaan saya, saya hanya bilang cuma pengin istirahat di kamar dulu masih merasa kedinginan, lalu mereka pergi lagi. Esok hari rasa sakit di lutut saya sudah hilang, dan Alhamdulillah Allah masih megijinkan saya sedikit menikmati jalan-jalan ini (gak lucu kan liburan malah jogrok aja di kamar), saya keluar wuiiih…udaranya dingin bener…berbicara saja sampai keluar uap panas dalam tubuh kami.
Sedikit aktimalisasi dengan cuaca yang baru, saya jalan-jalan sendiri tidak jauh dari villa yang kami tempati, dan ternyata saya tidak sendirian disana sudah ada beberapa teman menikmati embun pagi kala itu. Ada teman akrab saya yang sibuk dengan teman-temannya, saya mencoba menikmati saja keceriaan hari ini. Lalu ada seorang perempuan yang biasanya saya kenal dia sudah berkerudung panjang, waktu itu dia melepas kerudungnya keluar (perempuan ini yang nantinya menghinggapi di hati saya begitu lama), dia melihat saya dan saya melihat dia, mungkin karena tatapan mata saya yang kurang enak di hatinya, entah berapa lama kemudian dia masuk kembali ke villa dan mengenakan kerudung panjang warna pink kesukaan saya…hehehe, ditinggal olehnya saya di minta mengantarkan teman perempuan saya yang lain untuk sekedar berjalan-jalan menikmati keindahan bukit dan perkebunan disekitar villa yang kami tempati, (perempuan ini termasuk yang sewaktu kelas satu dalam group yang menarik saya secara paksa)…hemm dia saya liat memang putih, cantik dan dia termsuk anak yang pintar, karena setahu saya dia masuk kedalam kelas unggulan pertama di sekolah. Kami berdua jalan-jalan biasa dengan teman-teman groupnya, nyaris saja hanya saya saja laki-laki yang ikut dalam rombongan kecil ini (cantik-cantik loh…J), untung saja ada teman akrab saya yang menemani, tapi entah ketika melewati jembatan kecil dan agak sulit di lewati dia enggan untuk saya jabat tangannya, alhasil saya menggunakan tongkat yang saya bawa dari tadi, untuk membantunya melewati jembatan kecil itu, dan perjalanan itu berjalan biasa saja. yah ketika sudah kami mengitari semua pemandangan di sekitar villa kami pun kembali ke villa, sesampainya di depan villa saya bertemu kembali perempuan yang kembali menggunakan kerudung panjangnya itu menghampiri saya, dan meminta untuk di temani berjalan-jalan… ya waktu itu saya tidak berfikir macam-macam langsung saja saya mengiyakan permintaannya. Kami berdua dan hanya berdua jalan-jalan melihat-lihat pemandangan hijau di seputaran puncak bogor, dengan wilayah yang masih asri dan terjaga di tambah udara yang sangat sejuk pasti akan membuat semua orang betah untuk tinggal disitu. Kami berdua berjalan-jalan hingga menemukan tumbuhan cerry di sekitar tepian sungai yang airnya bening sekali, lantas saya ambilkan buahnya untuk dia, ya waktu itu saya tidak berfikir apa-apa hanya saya belum mengenal namanya jatuh cinta seperti apa, jadi ya biasa aja. Akhirnya setelah saya berikan buah itu, kita kembali ke villa, disetiap jalanan yang agak licin saya pegang tangannya, saya tuntun dia melewatinya dan diapun tidak menolaknya. Tapi yah perasaan saya biasa aja…hingga pada malam harinya saya keluar sendiri menikmati bintang-bintang di malam hari sambil menikmati hangatnya jagung bakar disana sebelum akhirnya terganggu dengan pasangan kekasih yang ikut menikmati malam itu tapi bedanya dia bersama kekasihnya, tapi entah kenapa saya tidak merasa hampa atau ingin juga seperti mereka tapi cenderung terganggu dengan situasi seperti itu, tak lama guru matematika kami memanggil agar segera masuk kedalam ruangan karena akan ada acara perpisahan dengan berbagai acara yang sudah menunggu, saya mengikuti perintahya lalu saya lebih memilih lagi-lagi untuk sedikit step out dari keramaian menyelinap keluar dan duduk-duduk di luar teras ballroom yang kami sewa sambil menikmati indahnya bintang-bintang sebelum akhirnya saya disuruh kembali unntuk masuk ruangan.
Di dalam ruangan saya berada dekat dengan pintu keluar dan kebetulan di dekat siitu adalah kamar perempuan tidur, saya melihat dia sudah berpakaian rapih tapi saya enggan untuk menyapa, saya sibuk dengan ketidak biasaan saya dengan keramaian (Xenophobia mungkin). Ya saya cuma mengikuti saja setiap acara yang disajikan, dari penampilan band-band sekolah sampai tari-tarian yang dibawakan dan semuanya tidak membuat saya terkesan, lalu di akhir acara tiba-tiba lampu seketika padam, banyak anak perempuan yang kaget dan berteriak, saya sebenarnya kaget… tapi ya hanya sebentar dan bisa mengatasinya. (usut punya usut ternyata gerombolan pentolan belpas yang sengaja mematikannya)…
Yah ada acara pidato dari kepala sekolah dan guru-guru yang meminta maaf dan berterima kasih, dan malam itu di akhiri dengan salam-salaman dengan berbaris menuju guru-guru kami, banyak yang menangis dan tidak dengan saya…hahahah, tapi setelah pulang dan di dalam bus, kami berhenti dan turun tepat di depan pintu gerbang yang selama tiga tahun kami bolak balik memasukinya, di bangku bus itu saya sesaat termenung dan terdiam disitu, lalu meneteslah air mata, tanpa saya ketahui dari pipi ini, sebelum akhirnya ada teman yang membangunkan saya dari lamunan.
Sebelum ujian kelulusan Bapak memasukkan saya ke tempat kursusan yang tidak jauh dari sekolah, Bapak juga memasukkan saya ke tempat kursus bhs inggris, di tempat kursus ini, hanya saya dan teman laki-laki akrab saya yang satu sekolah, yang lainnya adalah anak lain sekolah dari Jakarta, yah biasanya anak-anak pintar dan kaya…agak minder tapi ya jalanin saja, tapi saya suka salah satu dari mereka, anggun walaupun dengan rambut pendeknya, karena saya suka dengan hidungnya yang bangir, tapi ada satu perempuan satu ruangan yang paling pintar di kelas yang selalu mencari perhatian saya, diapun tidak cantik tapi tidak jelek, dengan kulit putih, rambut panjang dan keritingnya, dia sering memberikan jawaban matematikanya kepada saya tanpa diminta, dia sering tersenyum kepada saya bahkan saya sempat ketika pulang dari sekolah dan dia melintas dari dalam angkotnya, dia memanggil dengan keras nama saya, saya hanya tersenyum menyambut senyumannya.
Semasa sma, masa kejayaan
Selepasnya saya lulus SMP saya dipilihkan oleh Bapak, sekolah yang lagi-lagi dekat dengan rumah, di kampung hanya saya yang terakhir bisa masuk ke sekolah itu, selebihnya banyak yang belum cukup persayaratan untuk masuk ke sekolah itu. Ternyata saya di ketemukan dengan perempuan sekelas saya sewaktu di SMP yang dulu di Puncak kami berjalan-jalan berdua, dan juga perempuan yang enggan saya pegang tanggan ketika saya di ajaknya jalan-jalan.
Tapi dengan perempuan kerudung ini ternyata pula Allah menakdirkan untuk satu kelas di tingkat pertama kami (saya masih merasa biasa dengan dia), ketika masa-masa orientasi siswa, dia mengajak saya untuk memasuki organisasi ROHIS, entah kenapa saya mau saja, lalu kita mendaftar bersama (ni juga masih biasa aja loh), ya beriring sejalannya waktu saya menjadi sangat dekat dengan dia, saya sering meminta bantuannya dan lama-kelamaan tumbuhlah benih cinta itu, benar saja istilah jawa (waiting tresno jalanan soko kulino), karena kebiasaan itu dan kesamaan organisasi akhirnya saya jatuh cinta kepadanya, hampir tiap malam saya keluar ke wartel dan meneleponnya berjam-jam dengan lebih dahulu membuat kesepakatan paket dengan penjaga wartelnya agar tidak terlalu mahal…
Di penghujung kelas satu hadir anak baru pindahan dari lain sekolah, dia juga menggunakan kerudung panjang sama dengan dia, ya bisa ditebak kami pun dekat, ya karena dia juga masuk dalam satu organisasi dan bahkan saat pemilihan pengurus baru dia menjadi sekretaris kedua kami yang secara tidak langsung dia pula asisten saya, kebetulan saya juga terpilih menjadi sekretaris utama. Ada beberapa acara yang saya pimpin dan dia sekretarisnya, saya pun sering curhat ke dia tentang seseorang yang kebetulan dia juga terpilih jadi bendahara utama organisasi, ceritanya dia itu jadi mak comblang saya dengan dia…entah apa selang beberapa hari saya di telpon oleh Pujaan Hati…hehehe dan tiba-tiba dia menanyakan pertanyaan yang saya berikan jawabannya ke temannya yang intinya kalo saya suka sama dia, trus di desak di telpon akhirnya saya cuma jawab iya, karena saya tahu dia sudah lebih dahulu tau dari temannya, lalu saya balik bertanya jadi…? Dia tidak menjawab cuma bilang “sama”…hahaha jawaban yang tidak saya harapkan, agak sedikit kesal ya sudah saya biarkan hari itu berlalu dengan sendirinya.
Entah kenapa, rasa kesal itu terus menggelayuti hati saya, dan temen nya yang kebetulan sekretaris dua organisasi sering bersama, entah kapan di mulai kamipun sering bersama, saya sendiri merasa senang karena ada seseorang yang bisa menghargai usaha saya, saya cuma ingin ditemani. Beritapun menyebar luas di sekolah kalau saya berpacaran dengan sekretaris saya…sayapun di sidang, bahkan dengan pujaan hati saya…saking seringnya di kritik akhirnya ketika malam takbiran di tahun kedua setelah menjalani hubungan selama 6 bulan, saya putuskan dia melalui sms, setelah saya malam sebelumnya menangis sesungukan dalam sholat, ketika meminta kekuatan untuk memutuskan hubungan dengannya. Saya pun memutuskan hubungan kita, tanpa alasan hingga kinipun, sempat beberapa minggu di sekolah saya hanya duduk terdiam terpaku dengan tatapan kosong, sebulum akhirnya saya di amanatkan sekolah lagi, untuk membawa rombongan peserta lomba mewakili sekolah bertanding di kantor Kota Bekasi, ada sekitar sepuluh mungkin lebih yang menjadi tanggungan saya, lomba ini diadakan mewakili seluruh sekolah-sekolah di Bekasi dari Madrasah, sekolah Swasta dan Negeri, semua persiapan dari Pra Perlombaan hingga pulang saya yang menyiapinya, ketika diadakan briefing (pertemuan) sebelum hari H saya ijin tidak masuk sekolah(selama kelas SMA saya paling rajin ijin tidak masuk sekolah dibanding pengurus-pengurus lainnya), untuk berangkat ke TKP, saya bersama guru agama datang dan ternyata yang mewakili sekolah dari Murid sebagai penanggungjawab sekolah cuma saya, lainnya adalah guru-guru ataupun petugas sekolah semua, saya tadinya tidak menyadari namun ketika sesi pertanyaan dan saya bertanya, saya sedikit terkaget ternyata saya yang paling imut…hahahah…
Untuk diketahui tugas berat pertama saya ketika pertama kali menjabat, langsung di tunjuk oleh Wakasek membawa murid kelas 1 sebanyak 30 orang hadir dalam acara hari jadi kota Bekasi. (berakhir kacau balau, banyak yang tidak hadir dengan kedatangan waktu yang amat ngaret pada acara, sehingga Wakasek ditegur oleh Pejabat Pemda setempat, saya pula disemprooot Wakasek GOBLOK…wkwkwkwkw…tapi udahnya malah disuruh megang tanggungjawab mulu) jadi udah biasa saya megang amanah di Sekolah. Oh ya hampir lupa dalam pemilihan pengurus OSIS, saya disuruh oleh senior untuk mewakili Rohis di Osis dengan mantan saya…hehehe(tadinya saya berharap adalah Dia teman semenjak SMP saya yang ikut mewakili oraganisasi kami, tapi apa lacur semua sudah ada yang mengatur) saya mengikuti LDKS (Latihan Dasar Kepemimpinan Sekolah) pada saat tingkat kedua, banyak teman-teman yang lain mengikutinya mulai dari mereka masih tingkat pertama, bahka pengurus inti yang terbentuk semuanya adalah mereka yang mengikutinya sejak pada tingkat pertama, hanya saya saja yang baru mengikutinya pada tingkat kedua, sewaktu mengikuti kegiatannya saya pun tidak berfikir macam-macam dan mengira untuk terpilih masuk dalam pengurus inti, mengetahui banyak yang sudah masuk Osis sejak mereka kelas satu, hingga pada malamnya saya dan calon pengurus lainnya dipanggil (istilahnya digenjlong, tapi jatuhnya saya ketawa karena yang menggenjlong saya, temen akrab senior kebanyakan) saya terpilih inti Osis, banyak yang tidak suka dan mencemooh kami, karena menganggap ada kecurangan, saya sendiri menjadi tidak enak dan merasa tidak berhak mendapatkan amanah ini, setelah malam itu saya pulang ke mess dengan perasaan yang bercampur aduk, saya melihat tas saya terbuka dan di dalamnya ada kaleng bekas minuman, semakin kacau saja pikiran saya, esok paginya hari pengukuhan, saya berlagak sakit dan mengunci kamar saya di kamar, saya enggan di lantik toh saya juga tidak suka menjadi pengurus OSIS, ada yang mengetok-ngetok pintu menyuruh saya mengikuti pelantikan, namun saya bilang saya sakit, eh tahu-tahu guru BP datang melalui jendela samping tempat tidur dan melihat saya yang sedang berselimut untuk segera keluar, dengan bujukan dari beliau akhirnya saya mau keluar dan mengikuti prosesi pelantikan, rasa takut dan malu bercampur aduk, tapi saya mencoba menjalaninya dengan sesantai mungkin, singkat kata saya akhirnya menjabat Sekretaris dua OSIS, saya jalanin amanah itu, tapi lama-kelamaan di OSIS saya seperti tidak berguna, jadi saya memutuskan untuk fokus di Rohis, saya menjadi ketua acara di beberapa rangkaian acara, dengan acara puncaknya adalah pertunjukkan pentas seni Islam dengan dekorasi panggung yang besar dan di hadiri Tim Nasyid ternama pada waktu itu seperti Snada, saya sendiri yang datang mengundang ke markasnya, seringnya saya mengurusi Rohis, saya sempat di tegur oleh ketua Osis yang mengganggap kalau Osis juga membutuhkan tenaga saya.(pikiran saya waktu itu cuma,  ketika meluangkan waktu di Osis merasa tak berguna, karena mereka yang masuk Osis, adalah orang-orang yang terpilih dari satu sekolah dan yang pasti bukan orang biasa, pasti lah tak berarti apa-apa tanpa saya disana) Rohis pada masanya menjadi jaya-jayanya, kami sering mengadakan acara besar dengan jumlah peserta yang banyak. Itu semua kegiatan adalah pelarian saya dari rasa bersalah saya telah memutuskan dirinya.
Akhir di kelas tiga, entah kenapa kembali dekat dengan pujaan hati saya sejak kelas satu, tapi dekatnya kali ini hanya di belakang layar tanpa seorangpun tahu, di kelas tigapun saya masih sering tidak mengikuti pelajaran terutama sewaktu hari jumat mata pelajaran Akuntansi (males juga sih…hehehe), Guru Akuntansi yang sekaligus Wakasek ini selalu mengijinkan saya untuk ijin meniggalkan kelas menyiapkan Masjid sekolah untuk keperluan sholat jumat disana, praktis selama kelas tiga saya tidak kurang hanya mengikuti kuliah akuntansi sebanyak lima kali kurang.wkwkwkwk parah ya…
Habis mau bagaimana lagi jadwal piket yang sudah di tentukan sudah tidak berjalan dan pengurus-pengurus yang lain sudah fokus dengan persiapan ujian kelulusan...
Ada satu cerita lucu, kala itu di tahun 2004 adalah tahun Pemilu baik legislatif maupun eksekutif, juga pada masa itu saya turut aktif dalam keanggotaan salah satu peserta Partai Politik, (kala itu banyak guru yang tidak suka ada anak muridnya berpolitik, karena anggapan mereka Politik itu jahat, dan ada pengalaman ditahun-tahun sebelumnya, murid mereka mendapat nilai jeblok dan setelah diusut ternyata mereka sedang sibuk ikut politik aktif diluaran sana), dan kebetulan saya mendapat amanah dari Partai untuk di jadikan Saksi di TPS yang kebetulan juga ketua TPSnya adalah Bapak saya sendiri, ternyata di TPS saya, ada saksi dari partai lainnya juga, kami sempat berkenalan dan saling mengenalkan satu sama lainnya, layaknya tidak ada persaingan satu sama lainnya, setalah banyak bercerita ternyata beliau ini sudah menikah dan istri beliau adalah guru di sekolah saya, saya sengaja tidak menjelaskan saya sekolah dimana, meskipun saya tahu istrinya yang dibicarakan dari tadi adalah guru sejarah saya, hingga di akhir penghitungan suara saya mengatakan kalau saya siswa sekolah tersebut dan kamipun semakin akrab, tapi siapa dinyana, ketika saya masuk sekolah dan pada saat mata pelajaran sejarah, Ibu guru berbicara di depan kelas kalau tidak suka ada anak didiknya yang mengikuti Parpol disaat masih SMA, karena pengalaman sebelum-sebelumnya nilai raport mereka menjadi terganggu.
Tapi Ibu guru tidak menyebutkan nama saya, hanya melirik kepada saya dengan tatapan yang tidak enak, dia berujar kalau ada alumni yang nilainya akhirnya turun ketika mengikuti kegiatan Parpol, tapi saya sempat tenang karena kebetulan nilai saya tetap tidak memalukan meskipun saya tidak mendapatkan rangking. Tapi akibatnya ujian sekolah nilai sejarah saya mendapatkan angka enam di STTB, hahahaha saya tidak terima tapi mau bagaimana lagi, nasib sudah menjadi bubur, padahal saya sangat menyukai pelajaran sejarah, dan ketika ujian SPMB (sekarang SMPTN) saya memilih di pilihan kedua adalah Sejarah di Universitas Negeri Jakarta dan diterima, pada saat itu rasanya ingin menunjukkan kepada guru saya itu, Tapi saya urungkan. hikmahnya banyak pengurus yang males-malesan dalam menjabat amanahnya dengan alasan fokus terhadap ujian malah tidak diterima di Universitas Negeri manapun…Alhamdulillah ya memang jawaban itu di akhir….
Kembali ke awal cerita tadi, ketika saya mendapatkan amanah bertanggungjawab membawa rombongan peserta lomba dari sekolah, selama perlombaan saya pergi dari satu perlombaan ke satu perlombaan lainnya yang masih dalam lingkup kantor asrama haji Bekasi, peserta yang kami bawa adalah peserta yang telah melewati seleksi terlebih dahulu di sekolah, jadi mereka adalah yang terbaik yang sekolah punya pada saat itu, ada dua perempuan yang mencuri perhatian saya kala itu, yang satu adik kelas yang mengikuti lomba Pidato dan yang satunya adalah yang mengikuti lomba Kaligrafi dan dia seangkatan, mereka berdua cantik, anggun, pintar dan ada inner beauty yang terpancar dari kerudung besar putih mereka.
Pada lomba cerdas cermat ada dari sekolah lain yang protes karena mengganggap panitia tidak adil karena ada sekolah yang mengirimkan sekaligus dua tim dalam lomba dan maju bersama dalam satu sesi, mereka maju kedepan yang kebetulan yang mewakili mereka adalah guru mereka sendiri, dan tim dari sekolah saya akhirnya di minta untuk kembali ketempat, sontak saja saya sebagai penanggungjawab tidak terima sekolah saya diperlakukan seperti itu oleh panitia, karena menganggap panitia tidak konsisten dengan aturan yang di buat sendiri, karena sebelum jauh-jauh acara berlangsung saya menanyakan hingga hal yang paling detil karena kemauan peserta saya bawa dalam forum. Sedikit ada perdebatan disana, dan saya mengingatkan lagi kepada panitia akan apa yang dikatakannya, yang pada akhirnya mereka merasa salah dan memenangkan tuntutan dari sekolah saya, guru dari wakil sekolah lain yang melayangkan protespun sedikit gusar dan tidak senang, meski akhirnya dalam lomba cerdas cermat tim kami kalah total, namun dalam lomba lainnya kami menang, contohnya lomba pidato kami juara satu dan lomba kaligrafi kami juara dua, nama sekolah kami akhirnya dikenal, singkat kata entah sapa yang memulai selepas selang beberapa hari perlombaan itu, saya dekat dengan adik kelas yang memenangkan lomba pidato tadi, sempat kami jalan tidak lebih dari lima kali, namun beritanya sudah menyebar seantero pengurus Rohis, dan lagi-lagi saya harus menjauh dari yang namanya kaum hawa….
Semasa kuliah pertama di Univ islam negeri syarif hidayatullah, tangerang selatan
Sebenarnya Bapak menyuruh saya mengambil bangku kuliah di UNJ(saya lulus dan masuk seleksi SPMB) saja dan nanti kuliah S2, jadi bisa jadi dosen di kantornya beliau bekerja, tapi saya kadung lebih suka dengan jurusan di UIN Ekonomi Manajemen, tapi akhirnya saya menuruti kemauan orang tua dan berangkat menuju UNJ mengendarai motor berdua, niat saya kesana hanya melihat pengumuman syarat-syarat apa saja yang mesti saya siapkan, dan setelah mendapat apa yang di cari akhirnya kami kembali pulang, masih dengan perasaan jengkel terhadap Bapak saya pulang, entah mengapa dijalan saya seperti ngawang-ngawang, dan ketika lampu merah Vellodrum, Rawamangun tepat di lampu merah saya disrempet Bus Mayasari Bhakti, patahlah tulang bahu saya, 3 bulan menjalani pemulihan akhirnya bapak mengijinkan saya kuliah di UIN, bulan pertama saya mencoba memasuki organisasi kampus yang pasti gak jauh-jauh dari Rohis dalam hal ini berganti nama menjadi LDK, saya ikuti prosesnya, bahkan ketika saya mahasiswa baru yang belum pernah mengikuti proses Ospek sekalipun diserahi tugas untuk menyiapkan ijin peminjaman tempat ke kampus, saya pun mengiyakannya, saya urus sendiri dengan sedikit bimbingan dari senior, pada waktu itu ada kejadian, saya ada jam kuliah dan tidak ingin saya tinggalkan, jadi saya menitipkan kabar kalau surat ijin peminjaman tempat sudah keluar, dan ruangan tinggal digunakan, karena waktu itu pula saya tidak memiliki pulsa jadi cuma menyampaikan pesan ini ke perempuan berkerudung lebar yang sering saya lihat di organisasi, dan saya bilang saya akan telat datang nanti karena ada kuliah.
Selang saya keluar ruangan kuliah, saya kaget, marah dan kecewa, ternyata acara dipindah keruangan Masjid Universitas, dalam hati saya, buat apa kalau gitu saya menyiapkan susah-susah sendirian tanpa ada senior yang mendampingi jika hanya untuk melaksanakan acara di Masjid, saya mencoba bertanya pada peserta yang lain kenapa dipindah tempat acaranya, setelah beberapa orang saya bertanya ternyata, ada yang bilang kalau ijin peminjaman tempat belum keluar, sontak saya marah dan mencari Ketua LDK Universitas, dan saya lihat beliau sedang berdiri ditengah-tengah peserta-peserta Maba dan pengurus LDK lainnya, saya maju dan saya bentak dihadapan wajahnya kalau Ijin sudah turun kenapa menggunakan tempat ini, mungkin beliau kaget tercengang dan saya sendiri salah tidak menjaga wibawa seorang pemimpin di hadapan anggotanya. (maklum masih darah muda.) akhirnya acara pun di pindah dengan Mood saya yang sudah tidak enak, Ketua LDK pun terus membujuk saya untuk ikut dalam acara yang pada akhirnya saya mengikuti dengan setengah hati, ternyata pada hari itu langsung diadakan pemilihan pengurus LDK Pusat dan LDK Fakultas dan ada desas-desus kalau ketua yang nanti terpilih sudah terkondisikan…dalam hati saya cuma tertawa…hanya karena dia lulusan pesantren yang berafiliasi dengan salah satu partai sehingga dengan mudahnya dia terpilih menjadi ketua…
Setiap peserta yang hadir menyerahkan nama-nama mereka di secarik kertas dan sayapun menuliskan nama, namun dengan nama depan saya, tidak dengan nama panggilan yang sudah dikenal dengan anak-anak yang lainnya, hal ini saya lakukan karena sudah malas dan rasa hormat saya sudah hilang terhadap mereka, Ketua LDKnya pun dari depan bertanya kepada saya dengan microphonenya siapa nama saya sebenarnya…alhasil hari itu adalah hari terakhir saya di LDK, dari LDK saya memilih organisasi ektrakulikuler yang berada di luar kampus, waktu itu saya memilih KAMMI, masih berafiliasi namun pergerakannya lebih banyak ke aksi di jalan dan politik, dan lagi-lagi saya terpilih menjadi Sekretaris angkatan Hasan Al Banna sebutan kelompok kami, prediksi saya benar pindah dari LDK ke KAMMI karena saya merasa LDK akan berantakan organisasinya terbukti, dan saya merasa terselamatkan tidak harus menjadi bagian yang bertanggungjawab ikut membenahi organisasi tersebut.
Pada waktu itu bulan ramadhan dan seperti tahun-tahun sebelumnya kami mengadakan acara ramadhan dengan buka bersama anak jalanan dan mengundang organisasi yang serupa dengan universitas lain, saya ikut mengundang anak-anak jalanan dengan turun langsung ke markas mereka bersama senior kami, di KAMMI saya merasa ada rasa kekeluargaan itu sehingga saya dengan senang hati ikut membantu, saya melihat langsung dengan mata kepala saya sendiri, anak jalanan yang ingin kami undang buka bersama, langsung lari terbirit-birit ketika kami menghampirinya, ketika itu saya pikir mereka takut dengan kami, yang kebetulan saya mengendarai motor besar Scorpio, tapi setelah menoleh kebelakang kami, ternyata ada sebuah mobil Satpol PP lengkap dengan beberapa petugas berlari langsung dari mobil mereka mengejar gerombolan anak-anak jalanan tersebut, senior saya tenang saja melihatnya mungkin sudah biasa dengan kejadian ini, tapi tidak dengan saya yang baru melihat anak-anak kecil di buru layaknya hewan buruan dan ketika tertangkap di masukkan kedalam mobil yang memiliki ruang tahanan.
Dari panitia juga ditugasi untuk mencari dana dari donator, dan kesempatan ini saya gunakan untuk bertemu dengan Pujaan Hati saya, saya datang ke kampusnya yang terletak di jalan Otista Salemba dengan menggunakan bus kota, sesampainya disana saya menyampaikan kedatangan saya, namun ada rasa adem di hati kalau dia baik-baik saja dan semakin cantik saja, kamipun berpisah disana, selang beberapa pekan saya menagih janji saya untuk mengambil uang donator yang sudah terkumpul, seperti sebelumnya saya yang mengunjunginya di kampusnya, berbeda dengan sebelumnya, kali ini kami pulang bersama, ketika menaiki bus kota kami memilih bangku dua di kanan kami yang kosong, sepanjang perjalanan kami jarang berbicara sedikitpun, namun ada perasaan bangga dan senang ketika selama perjalanan itu dia terus mendekap tangannya pada lengan saya.
Hubungan kami lebih sering melalui sms dan itupun jarang kami lakukan, tapi ada rasa percaya satu sama lainnya yang begitu kuat disana, tanpa ada pertengkaran cemburu satu sama lainnya, karena masing-masing kami sibuk dengan kegiatan di kampusnya, dan perjalanan itu ternyata adalah perjalan kami berdua untuk terakhir kalinya, karena beberapa bulan kemudia disaat UTS baru saja dimulai, saya dengan tergesa-gesa berangkat dari Pondok Gede menuju Ciputat menggunakan motor Scorpio milik bapak saya, kata kedua orang tua saya waktu itu saya terlihat gundah dan bingung, sebenarnya orang tua tidak membolehkan saya berangkat menggunakan motor berhubung saya sudah terlambat dan sedikit memaksa akhirnya dengan berat hati mereka membolehkan saya, tepat di depan pintu masuk terminal Lebak Bulus, ada mobil berjenis MPV langsung menerobos keluar dari gang perumahan tanpa melihat dari arah sebelah kanannya kalau saya melintas, sempat sekilas terlintas dia sedang menggunakan HPnya ditelinga menggunakan tangan yang satunya, saya tidak sempat menghindar atau menginjak rem, dan akhirnya saya terpental dan berputar ke udara sebanyak tiga kali, dan akhirnya tertidur lemas di sebelah pembatas jalan itu, saya sempat melihat kaki saya yang ternyata sudah terlipat keatas lutut saya, lalu merebahkan tubuh saya kembali, selang beberapa menit kemudian kerumunan masa datang menghampiri ingin menolong saya yang sudah terkapar di jalanan, ada seorang Bapak yang ingin melepas helm yang saya kenakan namun tidak berhasil, yang akhirnya saya tepis dan membiarkan saya sendiri melepas helm yang saya kenakan, selepas saya melepas helm, mereka langsung secara berduyun-duyun mengangkat tubuh saya menuju mobil yang saya tabrak tadi, rasa sakit yang amat sangat menjalar diseluruh tubuh saya ketika tulang-tulang yang patah itu saling beradu ketika di gotong tubuh ini.