IK HOUVAN JE
Semasa Sekolah
Dasar
Manusia
dan perjalanan hidupnya adalah sebuah misteri penuh makna dan arti yang mesti
diambil pelajaran untuk kita menatap masa depan agar lebih baik, berbicara akan
Cinta mungkin saya adalah salah satu manusia yang sulit dan cenderung selektif
dalam memilih seseorang untuk saya pilih sebagai pujaan hati.
Karena
saya adalah orang yang sulit untuk melupakan kenangan indah dengan seseorang,
saya adalah manusia yang dilahirkan normal layaknya anak-anak pada umumnya,
tetapi saya dilahirkan dengan kepekaan hati yang cenderung amat sensitif, saya
seperti bisa merasakan kesedihan orang tua saya bahkan ketika saya belum
beranjak sekolah sekalipun.
Dari
kecil hingga saya beranjak dewasa (dalam segi umur) amat sedikit seorang gadis yang mampu mencuri perhatian hati saya, saya lebih
cenderung nyaman dengan dunia kesenangan saya sendiri, TK hingga kelas
setidaknya 3 atau 4 SD saya sedang senang-senangnya bermain sepeda, untuk tahu
saja, saya termasuk paling cepat dalam mengayuh sepeda ketika berlomba dengan
teman-teman sebaya, bahkan ketika saya berumur 6 atau 7 tahun diantara
teman-teman saya, saya yang pertama di kampung anak yang melepas roda tambahan
sebagai penyeimbang (ban kecil yang biasa di pasang di roda belakang), saya
juga sudah mengajarkan teman sebaya saya untuk menaiki sepeda.
Kesenangan
saya terhadap sepeda karena kesenangan saya melihat perlombaan motor balap
Grand Prix 500, terutama waktu itu idola saya adalah Max Biaggi, saya sangat
suka ketika motor besar berwarna merah dengan logo besar merk rokok
berkapasitas mesin 500 cc yang ditunggangi oleh Biaggi melewati
tikungan-tikungan dengan kecepatan tinggi, dengan lutut yang menyentuh tanah
namun tidak jatuh, hal itu yang sering saya coba dilapangan tanah di kampung,
dan sering saya jatuh juga karenanya…hehehe
Beranjak
besar lagi saya mulai menyukai bermain sepak bola (Tarkam), saat bermain bola
juga saya tidak bisa dibilang jelek juga, karena saya lebih suka bermain
sebagai striker, dan tendangan saya dikenal keras dan terarah, saya bisa
menendang bola ke gawang dengan jarak sekitar 10 meter lebih dengan penjaga
gawang disana namun tetap menghasilkan gol, itu di kampung lain dengan di
sekolahan, mungkin saking banyaknya teman-teman saya merasa minder sehingga
saya lebih nyaman menjadi bek saja, oh ya dulu saya pernah ketika SD ikut dalam
organisasi Pencak Silat Merpati Putih dan hahahahaha saya cuma bertahan selama
1 tahun, ya… karena ada dua alasan saya akhirnya memutuskan untuk berhenti
mengikuti latihan( meskipun saya sempat hingga mendapat sabuk pertama saya),
pertama saya sering dilihat oleh teman-teman sekelas ketika saya melakukan latihan
di sekolah dan mungkin entah karena iri atau ingin menjajal kemampuan saya,
teman sebaya sering melakukan bullying dan memancing amarah saya, kedua saya
sering melakukan sparing partner atau
lawan tanding dengan sesama teman pencak silat dan pada hari saya memutuskan
berhenti dikarena saya di adu dengan teman yang lumayan jago kemampuan pencak
silatnya, karena teman akrab saya ini yang mewakili organisasi kami ketika
pengenalan kepada murid baru yang mendaftar di sekolah kami, pertandingan
memang berjalan seimbang dengan jarak yang cukup dekat, sehngga kami saling
sulit untuk melakukan pukulan nilai ke tubuh masing-masing, hal itu terus berlangsung
hingga 5 menit kedepan kami masih saling mencari celah untuk melayangkan
tendangan ataupun pukulan ke tubuh masing-masing, klimaksnya entah kesalahan
saya ataupun kejelian teman saya ini, dia berhasil melayangkan tendangan
sabitnya kerusuk kanan saya… dan anda tahu seketika itu pula sesak yang amat
sangat pada rusuk kanan saya, memang sebelum dia melayangkan tendangan sabitnya
saya lebih dulu melayang kan tendangan T saya ke perutnya, saya sengaja memilih
tendangan ini pada waktu itu dikarenakan ingin memberi ruang buat saya
bergerak, tapi malah hal ini memberikan kesempatan dia untuk segera membalasnya
lebih “sadiz” ke tubuh saya, seketika itu saya merintih kesakitan dan meminta
kepada guru untuk menyudahinya meskipun teman saya dan guru masih bersemangat
melihat pertandingan kami. Bekas tendangan itu saya rasakan hampir selama
seminggu, sehingga saya sulit untuk sekedar duduk santai, hal itu saya
sembunyikan dari orang tua saya, bahkan ketika ibu bertanya kenapa saya
berhenti berlatih pencak silat. Oh ya saya juga punya pengalaman ketika saya
tenggelam di kolam renang ketika guru olah raga saya menyuruh saya untuk
berenang (cukup diketahui dari SD hingga sekarang saya Kuliah, saya masih belum
bisa berenang J), saya takut
sebenarnya namun guru saya meyakinkan dengan tangannya yang mengangkat
seolah-olah saya ingin ditangkapnya, tidak berfikir panjang seketika itu pula
saya dengan beraninya terjun ke kolam renang dengan kedalam 1,5 meter, dan bisa
ditebak yang terjadi kemudian adalah saya gelagapan mencari ruang udara untuk
bernafas, tak terfikir apapun kalau air kolam renang itu hiegenis untuk diminum, entah berapa gelas mungkin saya
meminumnya…hahahah tapi untung ada teman karib saya, teman pencak silat yang
sudah mencederai rusuk saya menyelamatkan. Saya tetap saja meronta, ketika dia
merangkul tubuh saya karena panik, hal itu yang tanpa sadar membuat tangan saya
menekan kepalanya yang membuat dia sendiri tertahan dibawah air oleh tangan
saya, tapi salut, dia tidak melepaskan saya malah dia yang membawa kepinggir
tepian kolam, saya naik dengan tubuh yang sangat tidak enak, setelahnya saya
pamit pulang, dengan mengendarai sepeda saya pulang dengan lebih dahulu membeli
bubur ayam dekat sekolah karena sejalan, karena tubuh saya masih tidak enak
sekali, saya memakan bubur ayam itu cepat, tetap saja tidak bisa menghilangkan
rasa enek dan mual saya, tak lama berselang lama kemudian bisa ditebak saya
mengeluarkan kembali makanan yang baru saja dimakan L.
Semasa smp
Lulus
SD orang tua tidak membolehkan saya bersekolah jauh dari rumah atau setidaknya
seperti kedua kakak perempuan saya, yang bersekolah di Jakarta, tapi sekolah
yang saya berada waktu itu adalah SMP 6 Bekasi tempat dimana 1 Musisi dan 1
Band terkenal di Indonesia. Iya… yakni Iwan Fals dengan fans fanatiknya OI
(Orang Indonesia) dan Band Slank dengan fans fanatiknya (Slankers). Iyah
sebutan prokem sekolah kami adalah Belfast
but eits…nanti dulu ini bukan ibukota di Irlandia Utara loch, tapi singkatan
dari belakang fasar…hahaha agak maksa ya…tapi sebenarnya hanya Belpas…nah di
SMP ini saya menemukan kesenangan saya terhadap unggas yakni Ayam, entah itu
ayam Kampung, ayam Bekisar, ayam Negri ataupun ayam jago yang jika berkluruk
bisa bagus dan panjang, ya ayam Pelung…
Biasanya
saya menyisihkan uang jajan untuk kesengan saya ini. Selepas pulang sekolah
ketika teman-teman yang lain untuk sejenak bercengkerama atau istilah gaulnya
nongkrong-nongkrong saya lebih suka langsung menuju penjual Ayam yang kebetulan
tidak jauh dari sekolah saya. (kan sekolah saya belakang pasar…he), biasanya
saya hanya melihat-lihat dulu setiap penjual Ayam yang berjejer disepanjang
jalan dekat masjid besar Pondok Gede tersebut (kata Ibu, saudara saya Mbah
Mukhlas juga ikut serta dalam membangun Mesjid itu).
Hal
itu terus berlangsung hampir setiap hari selama saya SMP, dan mau tahu akibat
kegemaran saya itu, di kampung rumah, saya terkenal dengan jumlah ayam yang
paling banyak dibanding dengan tetangga-tetangga saya, walau saya baru menekuni
hobi saya ini, dan saya termasuk anak-anak karena tetangga saya yang memiliki
ayam banyak adalah orang tua, mereka bahkan memiliki pekarangan yang luas
dengan jumlah kandang yang banyak, dan saya hanya memiliki kandang tingkat satu
dengan 6 pintu dan tangkringan ayam sepanjang tidak lebih 2 meter dengan empat
bambu sebagai pijakan ayam, dan itu penuh semua terisi, mungkin jumlahnya
sekitar 15-20 ekor besar dan kecil, semuanya rukun dalam satu tangkringan yang
dibuat Bapak, banyak yang ketika melihat ayam saya merasa iri kenapa ayam saya
bisa tidur bareng pepet-pepetan berjejer padahal bercampur ada yang besar dan
kecil dan berlainan jenis, (ada sebagian ayam saya yang tidur di atas pohon).
Ya itu yang mengalihkan dunia saya dari keindahan wanita yang Allah ciptakan,
tapi beranjak kelas 3 SMP saya dimasukkan dikelas unggulan kedua disekolah
(padahal saya jarang belajar dan mengerjakan PR loh…hehehe),
Eh
ada satu cerita lucu ketika awal-awal saya masuk sekolah SMP, saya ketika lulus
SD orang tua saya menyunatkan saya dengan adik saya, tapi adik saya malah yang
jauh lebih dulu proses penyembuhannya (lawong habis disunat dia malah
manjat-manjat tiang tenda, dan saya meringis kesakitan di kamar), akhir kata
saya telat seminggu masuk sekolah, itupun ibu paksakan saya masuk sekolah takut
terlalu lama tertinggal pelajaran di sekolah, tapi dengan jalan yang masih
tertahan, maklum baru pertama pake celana…hehehe bisa dibayangkanlah…
Selang
beberapa pecan, entah kenapa ada group perempuan teman sekelas yang selalu
melirik ke arah saya ketika di ruang kelas atau melintas di depan mereka, jam
istirahat saya selalu langsung pergi ke Masjid Besar dekat sekolah, nah pada
suatu waktu ketika saya melintasi group mereka, tiba-tiba saja ada yang menarik
tanggan saya ke dalam kerumunan perempuan-perempuan itu, secara reflek saya
terkaget dan menarik kembali tangan saya hingga terlepas dari dekapan salah
satu dari mereka, saya langsung berlari masuk keruangan meninggalkan mereka
dengan rasa takut…hahahahahaha dulu memang saya takut dengan kaum hawa (mungkin
malu). Entah maksud apa hingga mereka lakukan itu semua masih menjadi misteri
hingga kini. (padahal menurut saya waktu itu, mereka termasuk yang paling
cantik-cantik di sekolah dan pintar loh…Alhamdulillah
kelas saya dianugerahi secuil malaikat surga oleh Allah…he).
Nah
di perpisahan kelas SMP, kebetulan kami satu angkatan pelesir dengan guru-guru
kelas 3 selama 3 hari 2 malam di Puncak…hari pertama saya bercanda dengan teman
perempuan saya sehingga terpeleset dengan lebih dahulu lutut saya terantuk
batu…hwuaaa rasa sakitnya teramat sangat, namun saya paksakan untuk bangun dan
berjalan santai menuju kamar seketika itu pula, seolah-olah tidak terjadi
apa-apa, saya cuma bilang ingin beristirahat di kamar, praktis “ML” (malam
pertama di puncak saya habisi dengan tiduran di kamar berselimut tebal menutupi
tubuh saya, sekedar mengurangi rasa dingin yang merasuk tubuh.( maklum di
Pondok Gede cuacanya panas). Ada beberapa teman yang kembali masuk kekamar cuma
sekedar mengambil barang yang ingin diambil dan bertanya tentang keadaan saya, saya
hanya bilang cuma pengin istirahat di kamar dulu masih merasa kedinginan, lalu
mereka pergi lagi. Esok hari rasa sakit di lutut saya sudah hilang, dan
Alhamdulillah Allah masih megijinkan saya sedikit menikmati jalan-jalan ini
(gak lucu kan liburan malah jogrok aja di kamar), saya keluar wuiiih…udaranya
dingin bener…berbicara saja sampai keluar uap panas dalam tubuh kami.
Sedikit
aktimalisasi dengan cuaca yang baru, saya jalan-jalan sendiri tidak jauh dari
villa yang kami tempati, dan ternyata saya tidak sendirian disana sudah ada
beberapa teman menikmati embun pagi kala itu. Ada teman akrab saya yang sibuk
dengan teman-temannya, saya mencoba menikmati saja keceriaan hari ini. Lalu ada
seorang perempuan yang biasanya saya kenal dia sudah berkerudung panjang, waktu
itu dia melepas kerudungnya keluar (perempuan ini yang nantinya menghinggapi di
hati saya begitu lama), dia melihat saya dan saya melihat dia, mungkin karena
tatapan mata saya yang kurang enak di hatinya, entah berapa lama kemudian dia
masuk kembali ke villa dan mengenakan kerudung panjang warna pink kesukaan
saya…hehehe, ditinggal olehnya saya di minta mengantarkan teman perempuan saya
yang lain untuk sekedar berjalan-jalan menikmati keindahan bukit dan perkebunan
disekitar villa yang kami tempati, (perempuan ini termasuk yang sewaktu kelas
satu dalam group yang menarik saya secara paksa)…hemm dia saya liat memang
putih, cantik dan dia termsuk anak yang pintar, karena setahu saya dia masuk
kedalam kelas unggulan pertama di sekolah. Kami berdua jalan-jalan biasa dengan
teman-teman groupnya, nyaris saja hanya saya saja laki-laki yang ikut dalam
rombongan kecil ini (cantik-cantik loh…J),
untung saja ada teman akrab saya yang menemani, tapi entah ketika melewati
jembatan kecil dan agak sulit di lewati dia enggan untuk saya jabat tangannya,
alhasil saya menggunakan tongkat yang saya bawa dari tadi, untuk membantunya
melewati jembatan kecil itu, dan perjalanan itu berjalan biasa saja. yah ketika
sudah kami mengitari semua pemandangan di sekitar villa kami pun kembali ke
villa, sesampainya di depan villa saya bertemu kembali perempuan yang kembali
menggunakan kerudung panjangnya itu menghampiri saya, dan meminta untuk di
temani berjalan-jalan… ya waktu itu saya tidak berfikir macam-macam langsung
saja saya mengiyakan permintaannya. Kami berdua dan hanya berdua jalan-jalan
melihat-lihat pemandangan hijau di seputaran puncak bogor, dengan wilayah yang
masih asri dan terjaga di tambah udara yang sangat sejuk pasti akan membuat
semua orang betah untuk tinggal disitu. Kami berdua berjalan-jalan hingga
menemukan tumbuhan cerry di sekitar tepian sungai yang airnya bening sekali,
lantas saya ambilkan buahnya untuk dia, ya waktu itu saya tidak berfikir
apa-apa hanya saya belum mengenal namanya jatuh cinta seperti apa, jadi ya
biasa aja. Akhirnya setelah saya berikan buah itu, kita kembali ke villa,
disetiap jalanan yang agak licin saya pegang tangannya, saya tuntun dia
melewatinya dan diapun tidak menolaknya. Tapi yah perasaan saya biasa
aja…hingga pada malam harinya saya keluar sendiri menikmati bintang-bintang di
malam hari sambil menikmati hangatnya jagung bakar disana sebelum akhirnya
terganggu dengan pasangan kekasih yang ikut menikmati malam itu tapi bedanya
dia bersama kekasihnya, tapi entah kenapa saya tidak merasa hampa atau ingin
juga seperti mereka tapi cenderung terganggu dengan situasi seperti itu, tak
lama guru matematika kami memanggil agar segera masuk kedalam ruangan karena
akan ada acara perpisahan dengan berbagai acara yang sudah menunggu, saya
mengikuti perintahya lalu saya lebih memilih lagi-lagi untuk sedikit step out dari keramaian menyelinap
keluar dan duduk-duduk di luar teras ballroom
yang kami sewa sambil menikmati indahnya bintang-bintang sebelum akhirnya saya
disuruh kembali unntuk masuk ruangan.
Di
dalam ruangan saya berada dekat dengan pintu keluar dan kebetulan di dekat
siitu adalah kamar perempuan tidur, saya melihat dia sudah berpakaian rapih
tapi saya enggan untuk menyapa, saya sibuk dengan ketidak biasaan saya dengan
keramaian (Xenophobia mungkin). Ya
saya cuma mengikuti saja setiap acara yang disajikan, dari penampilan band-band
sekolah sampai tari-tarian yang dibawakan dan semuanya tidak membuat saya
terkesan, lalu di akhir acara tiba-tiba lampu seketika padam, banyak anak perempuan
yang kaget dan berteriak, saya sebenarnya kaget… tapi ya hanya sebentar dan
bisa mengatasinya. (usut punya usut ternyata gerombolan pentolan belpas yang
sengaja mematikannya)…
Yah
ada acara pidato dari kepala sekolah dan guru-guru yang meminta maaf dan
berterima kasih, dan malam itu di akhiri dengan salam-salaman dengan berbaris
menuju guru-guru kami, banyak yang menangis dan tidak dengan saya…hahahah, tapi
setelah pulang dan di dalam bus, kami berhenti dan turun tepat di depan pintu
gerbang yang selama tiga tahun kami bolak balik memasukinya, di bangku bus itu
saya sesaat termenung dan terdiam disitu, lalu meneteslah air mata, tanpa saya
ketahui dari pipi ini, sebelum akhirnya ada teman yang membangunkan saya dari
lamunan.
Sebelum
ujian kelulusan Bapak memasukkan saya ke tempat kursusan yang tidak jauh dari
sekolah, Bapak juga memasukkan saya ke tempat kursus bhs inggris, di tempat
kursus ini, hanya saya dan teman laki-laki akrab saya yang satu sekolah, yang
lainnya adalah anak lain sekolah dari Jakarta, yah biasanya anak-anak pintar
dan kaya…agak minder tapi ya jalanin saja, tapi saya suka salah satu dari
mereka, anggun walaupun dengan rambut pendeknya, karena saya suka dengan
hidungnya yang bangir, tapi ada satu perempuan satu ruangan yang paling pintar di
kelas yang selalu mencari perhatian saya, diapun tidak cantik tapi tidak jelek,
dengan kulit putih, rambut panjang dan keritingnya, dia sering memberikan
jawaban matematikanya kepada saya tanpa diminta, dia sering tersenyum kepada
saya bahkan saya sempat ketika pulang dari sekolah dan dia melintas dari dalam
angkotnya, dia memanggil dengan keras nama saya, saya hanya tersenyum menyambut
senyumannya.
Semasa sma, masa
kejayaan
Selepasnya
saya lulus SMP saya dipilihkan oleh Bapak, sekolah yang lagi-lagi dekat dengan
rumah, di kampung hanya saya yang terakhir bisa masuk ke sekolah itu,
selebihnya banyak yang belum cukup persayaratan untuk masuk ke sekolah itu.
Ternyata saya di ketemukan dengan perempuan sekelas saya sewaktu di SMP yang
dulu di Puncak kami berjalan-jalan berdua, dan juga perempuan yang enggan saya
pegang tanggan ketika saya di ajaknya jalan-jalan.
Tapi
dengan perempuan kerudung ini ternyata pula Allah menakdirkan untuk satu kelas
di tingkat pertama kami (saya masih merasa biasa dengan dia), ketika masa-masa
orientasi siswa, dia mengajak saya untuk memasuki organisasi ROHIS, entah
kenapa saya mau saja, lalu kita mendaftar bersama (ni juga masih biasa aja
loh), ya beriring sejalannya waktu saya menjadi sangat dekat dengan dia, saya
sering meminta bantuannya dan lama-kelamaan tumbuhlah benih cinta itu, benar
saja istilah jawa (waiting tresno jalanan soko kulino), karena kebiasaan itu
dan kesamaan organisasi akhirnya saya jatuh cinta kepadanya, hampir tiap malam
saya keluar ke wartel dan meneleponnya berjam-jam dengan lebih dahulu membuat
kesepakatan paket dengan penjaga wartelnya agar tidak terlalu mahal…
Di
penghujung kelas satu hadir anak baru pindahan dari lain sekolah, dia juga
menggunakan kerudung panjang sama dengan dia, ya bisa ditebak kami pun dekat,
ya karena dia juga masuk dalam satu organisasi dan bahkan saat pemilihan
pengurus baru dia menjadi sekretaris kedua kami yang secara tidak langsung dia
pula asisten saya, kebetulan saya juga terpilih menjadi sekretaris utama. Ada
beberapa acara yang saya pimpin dan dia sekretarisnya, saya pun sering curhat
ke dia tentang seseorang yang kebetulan dia juga terpilih jadi bendahara utama
organisasi, ceritanya dia itu jadi mak comblang saya dengan dia…entah apa
selang beberapa hari saya di telpon oleh Pujaan Hati…hehehe dan tiba-tiba dia
menanyakan pertanyaan yang saya berikan jawabannya ke temannya yang intinya
kalo saya suka sama dia, trus di desak di telpon akhirnya saya cuma jawab iya,
karena saya tahu dia sudah lebih dahulu tau dari temannya, lalu saya balik bertanya
jadi…? Dia tidak menjawab cuma bilang “sama”…hahaha jawaban yang tidak saya
harapkan, agak sedikit kesal ya sudah saya biarkan hari itu berlalu dengan
sendirinya.
Entah
kenapa, rasa kesal itu terus menggelayuti hati saya, dan temen nya yang
kebetulan sekretaris dua organisasi sering bersama, entah kapan di mulai
kamipun sering bersama, saya sendiri merasa senang karena ada seseorang yang bisa
menghargai usaha saya, saya cuma ingin ditemani. Beritapun menyebar luas di
sekolah kalau saya berpacaran dengan sekretaris saya…sayapun di sidang, bahkan
dengan pujaan hati saya…saking seringnya di kritik akhirnya ketika malam
takbiran di tahun kedua setelah menjalani hubungan selama 6 bulan, saya
putuskan dia melalui sms, setelah saya malam sebelumnya menangis sesungukan
dalam sholat, ketika meminta kekuatan untuk memutuskan hubungan dengannya. Saya
pun memutuskan hubungan kita, tanpa alasan hingga kinipun, sempat beberapa
minggu di sekolah saya hanya duduk terdiam terpaku dengan tatapan kosong,
sebulum akhirnya saya di amanatkan sekolah lagi, untuk membawa rombongan
peserta lomba mewakili sekolah bertanding di kantor Kota Bekasi, ada sekitar
sepuluh mungkin lebih yang menjadi tanggungan saya, lomba ini diadakan mewakili
seluruh sekolah-sekolah di Bekasi dari Madrasah, sekolah Swasta dan Negeri,
semua persiapan dari Pra Perlombaan hingga pulang saya yang menyiapinya, ketika
diadakan briefing (pertemuan) sebelum
hari H saya ijin tidak masuk sekolah(selama kelas SMA saya paling rajin ijin
tidak masuk sekolah dibanding pengurus-pengurus lainnya), untuk berangkat ke
TKP, saya bersama guru agama datang dan ternyata yang mewakili sekolah dari
Murid sebagai penanggungjawab sekolah cuma saya, lainnya adalah guru-guru
ataupun petugas sekolah semua, saya tadinya tidak menyadari namun ketika sesi
pertanyaan dan saya bertanya, saya sedikit terkaget ternyata saya yang paling
imut…hahahah…
Untuk
diketahui tugas berat pertama saya ketika pertama kali menjabat, langsung di
tunjuk oleh Wakasek membawa murid kelas 1 sebanyak 30 orang hadir dalam acara
hari jadi kota Bekasi. (berakhir kacau balau, banyak yang tidak hadir dengan
kedatangan waktu yang amat ngaret pada acara, sehingga Wakasek ditegur oleh
Pejabat Pemda setempat, saya pula disemprooot
Wakasek GOBLOK…wkwkwkwkw…tapi udahnya malah disuruh megang tanggungjawab mulu)
jadi udah biasa saya megang amanah di Sekolah. Oh ya hampir lupa dalam
pemilihan pengurus OSIS, saya disuruh oleh senior untuk mewakili Rohis di Osis
dengan mantan saya…hehehe(tadinya saya berharap adalah Dia teman semenjak SMP
saya yang ikut mewakili oraganisasi kami, tapi apa lacur semua sudah ada yang
mengatur) saya mengikuti LDKS (Latihan Dasar Kepemimpinan Sekolah) pada saat
tingkat kedua, banyak teman-teman yang lain mengikutinya mulai dari mereka
masih tingkat pertama, bahka pengurus inti yang terbentuk semuanya adalah
mereka yang mengikutinya sejak pada tingkat pertama, hanya saya saja yang baru
mengikutinya pada tingkat kedua, sewaktu mengikuti kegiatannya saya pun tidak
berfikir macam-macam dan mengira untuk terpilih masuk dalam pengurus inti,
mengetahui banyak yang sudah masuk Osis sejak mereka kelas satu, hingga pada
malamnya saya dan calon pengurus lainnya dipanggil (istilahnya digenjlong, tapi
jatuhnya saya ketawa karena yang menggenjlong saya, temen akrab senior
kebanyakan) saya terpilih inti Osis, banyak yang tidak suka dan mencemooh kami,
karena menganggap ada kecurangan, saya sendiri menjadi tidak enak dan merasa
tidak berhak mendapatkan amanah ini, setelah malam itu saya pulang ke mess
dengan perasaan yang bercampur aduk, saya melihat tas saya terbuka dan di
dalamnya ada kaleng bekas minuman, semakin kacau saja pikiran saya, esok
paginya hari pengukuhan, saya berlagak sakit dan mengunci kamar saya di kamar,
saya enggan di lantik toh saya juga tidak suka menjadi pengurus OSIS, ada yang
mengetok-ngetok pintu menyuruh saya mengikuti pelantikan, namun saya bilang
saya sakit, eh tahu-tahu guru BP datang melalui jendela samping tempat tidur
dan melihat saya yang sedang berselimut untuk segera keluar, dengan bujukan
dari beliau akhirnya saya mau keluar dan mengikuti prosesi pelantikan, rasa
takut dan malu bercampur aduk, tapi saya mencoba menjalaninya dengan sesantai
mungkin, singkat kata saya akhirnya menjabat Sekretaris dua OSIS, saya jalanin
amanah itu, tapi lama-kelamaan di OSIS saya seperti tidak berguna, jadi saya
memutuskan untuk fokus di Rohis, saya menjadi ketua acara di beberapa rangkaian
acara, dengan acara puncaknya adalah pertunjukkan pentas seni Islam dengan
dekorasi panggung yang besar dan di hadiri Tim Nasyid ternama pada waktu itu
seperti Snada, saya sendiri yang datang mengundang ke markasnya, seringnya saya
mengurusi Rohis, saya sempat di tegur oleh ketua Osis yang mengganggap kalau
Osis juga membutuhkan tenaga saya.(pikiran saya waktu itu cuma, ketika meluangkan waktu di Osis merasa tak
berguna, karena mereka yang masuk Osis, adalah orang-orang yang terpilih dari
satu sekolah dan yang pasti bukan orang biasa, pasti lah tak berarti apa-apa
tanpa saya disana) Rohis pada masanya menjadi jaya-jayanya, kami sering
mengadakan acara besar dengan jumlah peserta yang banyak. Itu semua kegiatan
adalah pelarian saya dari rasa bersalah saya telah memutuskan dirinya.
Akhir
di kelas tiga, entah kenapa kembali dekat dengan pujaan hati saya sejak kelas
satu, tapi dekatnya kali ini hanya di belakang layar tanpa seorangpun tahu, di
kelas tigapun saya masih sering tidak mengikuti pelajaran terutama sewaktu hari
jumat mata pelajaran Akuntansi (males juga sih…hehehe), Guru Akuntansi yang
sekaligus Wakasek ini selalu mengijinkan saya untuk ijin meniggalkan kelas
menyiapkan Masjid sekolah untuk keperluan sholat jumat disana, praktis selama
kelas tiga saya tidak kurang hanya mengikuti kuliah akuntansi sebanyak lima
kali kurang.wkwkwkwk parah ya…
Habis
mau bagaimana lagi jadwal piket yang sudah di tentukan sudah tidak berjalan dan
pengurus-pengurus yang lain sudah fokus dengan persiapan ujian kelulusan...
Ada
satu cerita lucu, kala itu di tahun 2004 adalah tahun Pemilu baik legislatif
maupun eksekutif, juga pada masa itu saya turut aktif dalam keanggotaan salah
satu peserta Partai Politik, (kala itu banyak guru yang tidak suka ada anak
muridnya berpolitik, karena anggapan mereka Politik itu jahat, dan ada
pengalaman ditahun-tahun sebelumnya, murid mereka mendapat nilai jeblok dan
setelah diusut ternyata mereka sedang sibuk ikut politik aktif diluaran sana),
dan kebetulan saya mendapat amanah dari Partai untuk di jadikan Saksi di TPS
yang kebetulan juga ketua TPSnya adalah Bapak saya sendiri, ternyata di TPS
saya, ada saksi dari partai lainnya juga, kami sempat berkenalan dan saling
mengenalkan satu sama lainnya, layaknya tidak ada persaingan satu sama lainnya,
setalah banyak bercerita ternyata beliau ini sudah menikah dan istri beliau
adalah guru di sekolah saya, saya sengaja tidak menjelaskan saya sekolah
dimana, meskipun saya tahu istrinya yang dibicarakan dari tadi adalah guru
sejarah saya, hingga di akhir penghitungan suara saya mengatakan kalau saya
siswa sekolah tersebut dan kamipun semakin akrab, tapi siapa dinyana, ketika
saya masuk sekolah dan pada saat mata pelajaran sejarah, Ibu guru berbicara di
depan kelas kalau tidak suka ada anak didiknya yang mengikuti Parpol disaat
masih SMA, karena pengalaman sebelum-sebelumnya nilai raport mereka menjadi terganggu.
Tapi
Ibu guru tidak menyebutkan nama saya, hanya melirik kepada saya dengan tatapan
yang tidak enak, dia berujar kalau ada alumni yang nilainya akhirnya turun
ketika mengikuti kegiatan Parpol, tapi saya sempat tenang karena kebetulan
nilai saya tetap tidak memalukan meskipun saya tidak mendapatkan rangking. Tapi
akibatnya ujian sekolah nilai sejarah saya mendapatkan angka enam di STTB,
hahahaha saya tidak terima tapi mau bagaimana lagi, nasib sudah menjadi bubur,
padahal saya sangat menyukai pelajaran sejarah, dan ketika ujian SPMB (sekarang
SMPTN) saya memilih di pilihan kedua adalah Sejarah di Universitas Negeri
Jakarta dan diterima, pada saat itu rasanya ingin menunjukkan kepada guru saya
itu, Tapi saya urungkan. hikmahnya banyak pengurus yang males-malesan dalam
menjabat amanahnya dengan alasan fokus terhadap ujian malah tidak diterima di
Universitas Negeri manapun…Alhamdulillah ya memang jawaban itu di akhir….
Kembali
ke awal cerita tadi, ketika saya mendapatkan amanah bertanggungjawab membawa rombongan
peserta lomba dari sekolah, selama perlombaan saya pergi dari satu perlombaan
ke satu perlombaan lainnya yang masih dalam lingkup kantor asrama haji Bekasi,
peserta yang kami bawa adalah peserta yang telah melewati seleksi terlebih
dahulu di sekolah, jadi mereka adalah yang terbaik yang sekolah punya pada saat
itu, ada dua perempuan yang mencuri perhatian saya kala itu, yang satu adik
kelas yang mengikuti lomba Pidato dan yang satunya adalah yang mengikuti lomba
Kaligrafi dan dia seangkatan, mereka berdua cantik, anggun, pintar dan ada inner beauty yang terpancar dari
kerudung besar putih mereka.
Pada
lomba cerdas cermat ada dari sekolah lain yang protes karena mengganggap
panitia tidak adil karena ada sekolah yang mengirimkan sekaligus dua tim dalam
lomba dan maju bersama dalam satu sesi, mereka maju kedepan yang kebetulan yang
mewakili mereka adalah guru mereka sendiri, dan tim dari sekolah saya akhirnya
di minta untuk kembali ketempat, sontak saja saya sebagai penanggungjawab tidak
terima sekolah saya diperlakukan seperti itu oleh panitia, karena menganggap
panitia tidak konsisten dengan aturan yang di buat sendiri, karena sebelum
jauh-jauh acara berlangsung saya menanyakan hingga hal yang paling detil karena
kemauan peserta saya bawa dalam forum. Sedikit ada perdebatan disana, dan saya
mengingatkan lagi kepada panitia akan apa yang dikatakannya, yang pada akhirnya
mereka merasa salah dan memenangkan tuntutan dari sekolah saya, guru dari wakil
sekolah lain yang melayangkan protespun sedikit gusar dan tidak senang, meski
akhirnya dalam lomba cerdas cermat tim kami kalah total, namun dalam lomba
lainnya kami menang, contohnya lomba pidato kami juara satu dan lomba kaligrafi
kami juara dua, nama sekolah kami akhirnya dikenal, singkat kata entah sapa yang
memulai selepas selang beberapa hari perlombaan itu, saya dekat dengan adik
kelas yang memenangkan lomba pidato tadi, sempat kami jalan tidak lebih dari
lima kali, namun beritanya sudah menyebar seantero pengurus Rohis, dan
lagi-lagi saya harus menjauh dari yang namanya kaum hawa….
Semasa kuliah
pertama di Univ islam negeri syarif hidayatullah, tangerang selatan
Sebenarnya
Bapak menyuruh saya mengambil bangku kuliah di UNJ(saya lulus dan masuk seleksi
SPMB) saja dan nanti kuliah S2, jadi bisa jadi dosen di kantornya beliau
bekerja, tapi saya kadung lebih suka dengan jurusan di UIN Ekonomi Manajemen,
tapi akhirnya saya menuruti kemauan orang tua dan berangkat menuju UNJ
mengendarai motor berdua, niat saya kesana hanya melihat pengumuman
syarat-syarat apa saja yang mesti saya siapkan, dan setelah mendapat apa yang
di cari akhirnya kami kembali pulang, masih dengan perasaan jengkel terhadap Bapak
saya pulang, entah mengapa dijalan saya seperti ngawang-ngawang, dan ketika
lampu merah Vellodrum, Rawamangun
tepat di lampu merah saya disrempet Bus Mayasari Bhakti, patahlah tulang bahu
saya, 3 bulan menjalani pemulihan akhirnya bapak mengijinkan saya kuliah di
UIN, bulan pertama saya mencoba memasuki organisasi kampus yang pasti gak
jauh-jauh dari Rohis dalam hal ini berganti nama menjadi LDK, saya ikuti
prosesnya, bahkan ketika saya mahasiswa baru yang belum pernah mengikuti proses
Ospek sekalipun diserahi tugas untuk menyiapkan ijin peminjaman tempat ke
kampus, saya pun mengiyakannya, saya urus sendiri dengan sedikit bimbingan dari
senior, pada waktu itu ada kejadian, saya ada jam kuliah dan tidak ingin saya
tinggalkan, jadi saya menitipkan kabar kalau surat ijin peminjaman tempat sudah
keluar, dan ruangan tinggal digunakan, karena waktu itu pula saya tidak
memiliki pulsa jadi cuma menyampaikan pesan ini ke perempuan berkerudung lebar
yang sering saya lihat di organisasi, dan saya bilang saya akan telat datang
nanti karena ada kuliah.
Selang
saya keluar ruangan kuliah, saya kaget, marah dan kecewa, ternyata acara dipindah
keruangan Masjid Universitas, dalam hati saya, buat apa kalau gitu saya
menyiapkan susah-susah sendirian tanpa ada senior yang mendampingi jika hanya
untuk melaksanakan acara di Masjid, saya mencoba bertanya pada peserta yang
lain kenapa dipindah tempat acaranya, setelah beberapa orang saya bertanya
ternyata, ada yang bilang kalau ijin peminjaman tempat belum keluar, sontak
saya marah dan mencari Ketua LDK Universitas, dan saya lihat beliau sedang
berdiri ditengah-tengah peserta-peserta Maba dan pengurus LDK lainnya, saya
maju dan saya bentak dihadapan wajahnya kalau Ijin sudah turun kenapa
menggunakan tempat ini, mungkin beliau kaget tercengang dan saya sendiri salah
tidak menjaga wibawa seorang pemimpin di hadapan anggotanya. (maklum masih
darah muda.) akhirnya acara pun di pindah dengan Mood saya yang sudah tidak enak, Ketua LDK pun terus membujuk saya
untuk ikut dalam acara yang pada akhirnya saya mengikuti dengan setengah hati,
ternyata pada hari itu langsung diadakan pemilihan pengurus LDK Pusat dan LDK
Fakultas dan ada desas-desus kalau ketua yang nanti terpilih sudah
terkondisikan…dalam hati saya cuma tertawa…hanya karena dia lulusan pesantren
yang berafiliasi dengan salah satu partai sehingga dengan mudahnya dia terpilih
menjadi ketua…
Setiap
peserta yang hadir menyerahkan nama-nama mereka di secarik kertas dan sayapun
menuliskan nama, namun dengan nama depan saya, tidak dengan nama panggilan yang
sudah dikenal dengan anak-anak yang lainnya, hal ini saya lakukan karena sudah
malas dan rasa hormat saya sudah hilang terhadap mereka, Ketua LDKnya pun dari
depan bertanya kepada saya dengan microphonenya
siapa nama saya sebenarnya…alhasil hari itu adalah hari terakhir saya di LDK,
dari LDK saya memilih organisasi ektrakulikuler yang berada di luar kampus,
waktu itu saya memilih KAMMI, masih berafiliasi namun pergerakannya lebih
banyak ke aksi di jalan dan politik, dan lagi-lagi saya terpilih menjadi
Sekretaris angkatan Hasan Al Banna sebutan kelompok kami, prediksi saya benar
pindah dari LDK ke KAMMI karena saya merasa LDK akan berantakan organisasinya
terbukti, dan saya merasa terselamatkan tidak harus menjadi bagian yang
bertanggungjawab ikut membenahi organisasi tersebut.
Pada
waktu itu bulan ramadhan dan seperti tahun-tahun sebelumnya kami mengadakan
acara ramadhan dengan buka bersama anak jalanan dan mengundang organisasi yang
serupa dengan universitas lain, saya ikut mengundang anak-anak jalanan dengan
turun langsung ke markas mereka bersama senior kami, di KAMMI saya merasa ada
rasa kekeluargaan itu sehingga saya dengan senang hati ikut membantu, saya
melihat langsung dengan mata kepala saya sendiri, anak jalanan yang ingin kami
undang buka bersama, langsung lari terbirit-birit ketika kami menghampirinya,
ketika itu saya pikir mereka takut dengan kami, yang kebetulan saya mengendarai
motor besar Scorpio, tapi setelah menoleh kebelakang kami, ternyata ada sebuah
mobil Satpol PP lengkap dengan beberapa petugas berlari langsung dari mobil
mereka mengejar gerombolan anak-anak jalanan tersebut, senior saya tenang saja
melihatnya mungkin sudah biasa dengan kejadian ini, tapi tidak dengan saya yang
baru melihat anak-anak kecil di buru layaknya hewan buruan dan ketika
tertangkap di masukkan kedalam mobil yang memiliki ruang tahanan.
Dari
panitia juga ditugasi untuk mencari dana dari donator, dan kesempatan ini saya
gunakan untuk bertemu dengan Pujaan Hati saya, saya datang ke kampusnya yang
terletak di jalan Otista Salemba dengan menggunakan bus kota, sesampainya
disana saya menyampaikan kedatangan saya, namun ada rasa adem di hati kalau dia
baik-baik saja dan semakin cantik saja, kamipun berpisah disana, selang
beberapa pekan saya menagih janji saya untuk mengambil uang donator yang sudah
terkumpul, seperti sebelumnya saya yang mengunjunginya di kampusnya, berbeda
dengan sebelumnya, kali ini kami pulang bersama, ketika menaiki bus kota kami
memilih bangku dua di kanan kami yang kosong, sepanjang perjalanan kami jarang
berbicara sedikitpun, namun ada perasaan bangga dan senang ketika selama
perjalanan itu dia terus mendekap tangannya pada lengan saya.
Hubungan
kami lebih sering melalui sms dan itupun jarang kami lakukan, tapi ada rasa
percaya satu sama lainnya yang begitu kuat disana, tanpa ada pertengkaran
cemburu satu sama lainnya, karena masing-masing kami sibuk dengan kegiatan di
kampusnya, dan perjalanan itu ternyata adalah perjalan kami berdua untuk
terakhir kalinya, karena beberapa bulan kemudia disaat UTS baru saja dimulai,
saya dengan tergesa-gesa berangkat dari Pondok Gede menuju Ciputat menggunakan
motor Scorpio milik bapak saya, kata kedua orang tua saya waktu itu saya
terlihat gundah dan bingung, sebenarnya orang tua tidak membolehkan saya
berangkat menggunakan motor berhubung saya sudah terlambat dan sedikit memaksa
akhirnya dengan berat hati mereka membolehkan saya, tepat di depan pintu masuk
terminal Lebak Bulus, ada mobil berjenis MPV langsung menerobos keluar dari
gang perumahan tanpa melihat dari arah sebelah kanannya kalau saya melintas,
sempat sekilas terlintas dia sedang menggunakan HPnya ditelinga menggunakan
tangan yang satunya, saya tidak sempat menghindar atau menginjak rem, dan
akhirnya saya terpental dan berputar ke udara sebanyak tiga kali, dan akhirnya
tertidur lemas di sebelah pembatas jalan itu, saya sempat melihat kaki saya
yang ternyata sudah terlipat keatas lutut saya, lalu merebahkan tubuh saya
kembali, selang beberapa menit kemudian kerumunan masa datang menghampiri ingin
menolong saya yang sudah terkapar di jalanan, ada seorang Bapak yang ingin
melepas helm yang saya kenakan namun tidak berhasil, yang akhirnya saya tepis
dan membiarkan saya sendiri melepas helm yang saya kenakan, selepas saya
melepas helm, mereka langsung secara berduyun-duyun mengangkat tubuh saya
menuju mobil yang saya tabrak tadi, rasa sakit yang amat sangat menjalar
diseluruh tubuh saya ketika tulang-tulang yang patah itu saling beradu ketika
di gotong tubuh ini.