Sahabat Pembaca

Wednesday, February 26, 2014

ANALISA POTENSI PASAR VERENA KALIMALANG



BAB I Pendahuluan

Latar Belakang
Globalisasi  memberikan dampak yang sangat luas terhadap sendi-sendi kehidupan bernegara dan berbangsa, baik itu pada negara maju ataupun negara berkembang, karena “ Pada Prakteknya, banyak sekali komunikasi langsung, atau sistem komunikasi, yang tampak seperti sekumpulan jaring laba-laba yang saling bertumpuk, jalinan yang lebih banyak berkumpul pada beberapa titik tertentu daripada yang lain dan terkonsentrasi lebih pada beberapa titik lainnya. Batas - batas Negara tidak terlihat dari pandangan[1]”.
Era globalisasi dan perdagangan bebas membuat persaingan bisnis semakin ketat. Ditingkat makro, pemerintah perlu meningkatkan kompetensi SDM melalui program peningkatan mutu pendidikan. Sedang ditingkat mikro, perusahaan perlu mengadopsi visi, misi dan strategi yang tepat yang didukung oleh strategi SDM dan budaya perusahaan yang tepat pula. Pada dasarnya strategi SDM berkaitan dengan tiga aktivitas SDM: pengadaan, pemeliharaan serta pelatihan dan pengembangan. Ketiga aspek tersebut perlu mengacu pada komponen organisasi, seperti misalnya strategi, budaya perusahaan dan struktur agar mendukung keefektifan perusahaan. Strategi dan perencanaan SDM perlu didukung oleh nilai-nilai kreativitas, layanan, continuous learning dan inovatif. Konsep Learning organization seyogianya diaplikasi dan dikembangkan untuk mengantisipasi tantangan lingkungan internal dan eksternal.
Bisnis baru akan banyak muncul, baik yang merupakan investasi dalam negeri maupun yang merupakan investasi modal asing. Fakta menunjukkan bahwa akhir-akhir ini Indonesia pertumbuhan perusahaan pembiayaan ibarat bak jamur dimusim hujan. Dengan kata lain persaingan dalam hal pembiayaan semakin ketat. Kita dituntut tidak hanya untuk survive namun juga harus berkembang, sehingga visi kita ditahun 2016 bisa tercapai.
Kotter[2] (1992) mengingatkan bahwa globa­lisasi pasar dan kompetisi menciptakan suatu perubahan yang sangat besar. Strategi yang tepat harus diaplikasi untuk meraih keberhasilan melalui pemanfaatkan peluang-peluang yang ada pada lingkungan bisnis yang bergerak cepat dan semakin kompetitif.

Setelah mengikuti pendidikan selama sebulan dikelas, kami diterjunkan kelapangan guna mengetahui keadaan-keadaan yang ada dan mungkin hambatan-hambatan yang terjadi, pada cabang Kalimalang dalam hal ini, Penulis ingin menyoroti potensi pasar yang masih bisa dikembangkan khususnya pada cabang Kalimalang, hal ini dikarenakan, Penulis melihat wilayah di seputaran Kalimalang, Harapan Indah dan Jatiwaringin berjejer Showroom-Showroom mobil bekas dan Dealer-Dealer mobil baru.
Ditambah persaingan Jasa Pembiayaan yang semakin kompetitif mengharuskan kita untuk selalu berkreasi demi memenuhi keinginan pasar, hal ini yang memaksa perusahaan untuk memutar otak dan berfikir keras untuk bisa bertahan dan terus berkembang menghadapi dilema dan perkembangan pasar.
Berkaitan dengan permasalahan tersebut maka penulis ingin melakukan penelitian yang menitik beratkan pada aspek empirik dengan judul “ ANALISA POTENSI PASAR VERENA CABANG KALIMALANG (Studi pasar Cabang Kalimalang yang belum tergarap optimal )”. Dengan melakukan Pengamatan lapangan pasar yang masih bisa tergarap di seputaran Sultan Agung dan Harapan Indah.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi pokok masalah dalam penelitian ini adalah :
1.      Bagaimanakah kondisi real pasar dilapangan seputar Kalimalang, Sultan Agung dan Harapan Indah.?
2.      Bagaimanakah cara meningkatkan penjualan pada showroom/dealer disepanjang Kalimalang, Sultan Agung dan Harapan Indah.?
Tujuan Penelitian
1)      Untuk mengetahui kondisi real pasar seputaran Kalimalang, Sultan Agung dan Jatiwaringin.
2)      Untuk mengetahui cara meningkatkan penjualan pada showroom/dealer disepanjamg Kalimalang, Sultan Agung dan Harapan Indah.
Metode Penelitian
1)        Tipe Penelitian                : Kualitatif Empirik, dengan pendekatan Deskriptif.
2)        Spesifikasi Penelitian      : Spesifikasi Deskriptif.
3)        Lokasi Penelitian             :
       Verena Cabang Kalimalang.
       Showroom/Dealer Sepanjang Kalimalang hingga Harapan Indah.
4)        Sumber Bahan Data Sekunder terdiri dari :
Bahan Primer, Bahan Sekunder, Bahan Tersier.
5)        Metode Pengumpulan Bahan Hukum                     : dilakukan dengan cara
                                                                                Pengamatan langsung
                                                                                Dan Wawancara
6)        Metode penyajian Data Bahan Hukum                   : Uraian yang disusun
                                                                                secara sistematis
7)        Metode Analisis Bahan Hukum                              : Empirik kualitatif
BAB II Pembahasan
Kondisi real pasar dilapangan seputar Kalimalang, Sultan Agung dan Harapan Indah
Penjualan mobil di pasar domestik pada Agustus 2013 mengalami penurunan jauh 29,23 % menjadi 79.595 unit dibandingkan penjualan Juli 2013 yang menembus total penjualan hingga 112.473 unit.
Meskipun mengalami penurunan, penjualan Agustus 2013 dari pabrikan ke diler (wholesales) masih meningkat 4,21 % menjadi 79.595 unit dibandingkan bulan yang sama tahun lalu yakni 76.373 unit.
Sementara itu, penjualan dari diler ke konsumen pada Agustus 2013 mengalami penurunan  47,07 % menjadi 75.983 unit dibandingkan Juli 2013 yakni 111.755 unit.
Dengan torehan tersebut maka penjualan sepanjang Januari – Agustus 2013 telah mencapai 793.973 unit. Ketua III Gabungan industri kendaraan bermotor Indonesia (Gaikindo) Jhonny Darmawan menerangkan penurunan tersebut masih bersifat normal. Hal ini, ungkapnya, disebabkan karena sepanjang Agustus 2013, masa kerja kurang akibat libur lebaran dan libur kemerdekaan yang membuat jumlah jam kerja terpotong. “Ini hal wajar setiap tahun usai lebaran karena waktu terpotong dengan liburan,” ungkapnya hari ini, Rabu (4/9/2013).
Dia mengatakan meskipun adanya penurunan penjualan tetapi pasar akan sangat bergairah pada September 2013 dengan adanya ajang Indonesia International Motor Show. Ajang ini, sambungnya, dapat menggairahkan daya beli yang tinggi bagi konsumen terhadap produk.
Selain itu, sambungnya, masyarakat juga msih memilih kendaraan menengah ke bawah dan bisa dijangkau untuk pembeliannya. Untuk itu, dengan melihat pertumbuhan penjualan Januari − Agustus yang  sudah mencapai 793.973 dipastikan penjualan mobil masih bisa menembus angka yang ditargetkan Gaikindo hingga akhir 2013 mencapai 1,1 juta.[3]
Dari data tersebut secara otomatis pertumbuhan mobil bekas di Indonesia pun pasti bertambah, karena konsumen menengah keatas juga memiliki kecenderungan suka berganti mobil besar, dari proyeksi Gaikindo sebesar 1,1 juta target penjualan mobil baru, maka pertumbuhan mobil bekas kita ambil 50% saja dari situ, jadi sebesar 0,55 % atau 550000 juta pangsa pasar yang diperebutkan oleh customer, data ini juga menjadi kue yang sangat menggiurkan bagi perusahaan-perusahaan pembiayaan atau Multifinance Company’s,
Perusahaan-perusahaan Multifinance pasti berlomba untuk meraup pangsa pasar mobil ini, baik di mobil baru maupun mobil bekas, dengan pertumbuhan masyarakat ekonomi menengah yang besar dan ekonomi yang semakin membaik, kegunaan aktivitas keluarga ditunjang dengan kendaraan pribadi yang nyamanpun semakin diidamkan, tidak semua masyarakat memiliki cukup uang untuk membeli kendaraan pribadi mereka dengan uang tunai, hanya segelintir orang yang membeli secara tunai, kesempatan inilah yang diambil oleh Perusahaan Pembiayaan.
Kita melihat beberapa Perusahaan 10 besar multifinance di Indonesia menurut Investor Daily dengan data yang diambil per 1 Agustus 2011 seperti BFI Finance, Adira Dinamika Multi Finance, BCA Finance, FIF, Clipan Finance Indonesia, Mandala Multifinance, Multindo Auto Finance, Swadharma Bhakti Sedayu Finance, Buana Finance dan Sunprima Nusantara Pembiayaan[4], pasti tidak tinggal diam melihat potensi pasar yang sangat besar.


Perubahan setiap tahunnya di multifinance pasti seringlah terjadi, hal ini kita bisa lihat pada data yang penulis peroleh mengenai award yang diberikan kepada perusahaan multifinance oleh Indonesia Multifinance Award 2013 ada beberapa perusahaan yang tidak ada pada data Perusahaan 10 besar diatas, seperti Verena Multifinance Tbk yang berhasil memperoleh award pada kategori The Best Marketing Award[5] tidak termasuk perusahaan 10 besar pembiayaan diatas.
Jumlah data yang pasti kendaraan yang masuk baik baru ataupun bekas ke Kalimalang pada khususnya tidak lah Penulis ketahui, namun Penulis dapat sedikit gambaran adalah sekitar jumlah keseluruhan kendaraan yang bekas maupun baru sekitar di angka 25000-an, dari jumlah ini kita bagi lagi ke kendaraan baru sekitar 17000 dan bekas sekitar 8000, dari sini dan data yang Penulis dapat dari penelitian selama sebulan, pembiayaan rata-rata menggunakan BCA Finance, hal ini dapat terlihat pada table dibawah ini.


            [1] Mark Hoffman, ‘restructuring, reconstruction, reinscription, rearticulating: four voices in critical international theory’, Millenium: Journal International Studies 20 (1991), hlm. 173.
[2]http://sdnsimokerto7.blogspot.com/2012/03/peran-strategi-pengembangan-sumber-daya.html diakses tanggal 28 Agustus 2013
[3] www.berita.com  diakses tanggal 25 september 2013
[4] www.investor.co.id  diakses tanggal 26 september 2013
[5] www.infomoneter.com diakses tanggal 23 september 2013

INDIKATOR KEBERHASILAN INTERNALISASI VISI MISI VERENA KEPADA SISWA SISWI MDP ANGKATAN 2013



Latar Belakang
Globalisasi memberikan dampak yang sangat luas terhadap sendi-sendi kehidupan bernegara dan berbangsa, baik itu pada negara maju ataupun negara berkembang, karena “ Pada Prakteknya, banyak sekali komunikasi langsung, atau sistem komunikasi, yang tampak seperti sekumpulan jaring laba-laba yang saling bertumpuk, jalinan yang lebih banyak berkumpul pada beberapa titik tertentu daripada yang lain dan terkonsentrasi lebih pada beberapa titik lainnya. Batas - batas Negara tidak terlihat dari pandangan[1]”.
Dalam kajian Hukum International Interaksi antar negara menjadi peranan penting untuk memahami ruang lingkupnya, dalam Hukum International Negara juga diakui sebagai subjek hukum yang terpenting yang utama dibandingkan dengan subjek-sebjek hukum International yang lain. Negara adalah organisasi politik intelektual terbesar di dunia, yang mana didalam Negara berisikan komponen-komponen pembentuk Negara seperti : rakyat yang terorganisir, wilayah yang permanen, pemerintahan yang stabil dan kecakapan melakukan hubungan International[2], jika kita mengibaratkan suatu perusahaan maka akan kita ganti dengan Stockholder, Karyawan dan Konsumen.
Era globalisasi dan perdagangan bebas membuat persaingan bisnis semakin ketat. Ditingkat makro, pemerintah perlu meningkatkan kompetensi SDM melalui program peningkatan mutu pendidikan. Sedang ditingkat mikro, perusahaan perlu mengadopsi visi, misi dan strategi yang tepat yang didukung oleh strategi SDM dan budaya perusahaan yang tepat pula. Pada dasarnya strategi SDM berkaitan dengan tiga aktivitas SDM: pengadaan, pemeliharaan serta pelatihan dan pengembangan. Ketiga aspek tersebut perlu mengacu pada komponen organisasi, seperti misalnya strategi, budaya perusahaan dan struktur agar mendukung keefektifan perusahaan. Strategi dan perencanaan SDM perlu didukung oleh nilai-nilai kreativitas, layanan, continuous learning dan inovatif. Konsep Learning organization seyogianya diaplikasi dan dikembangkan untuk mengantisipasi tantangan lingkungan internal dan eksternal. Artikel ini pada dasarnya membahas peranan strategi SDM dalam menghadapi era globalisasi agar perusahaan mampu bertahan dan berkembang.
Abad 21 diwarnai oleh era globalisasi, kesiapan pemerintah dalam menghadapinya perlu didukung oleh para pelaku bisnis dan akademisi. Strategi SDM perlu dipersiapkan secara seksama khususnya oleh perusahan-perusahan agar mampu menghasilkan keluaran yang mampu bersaing di tingkat dunia. Perdagangan bebas tidak hanya terbatas pada ASEAN, tetapi antar negara-negara di dunia. Situasi tersebut meru­pakan suatu ciri khas dari era global. Untuk mengantisipasi perdagangan bebas ditingkat dunia, para pemimpin negara ASEAN pada tahun 1992 memutuskan didirikannya AFTA (ASEAN Free Trade Area) yang bertujuan meningkatkan keunggulan bersaing regional karena produksi diarahkan pada orientasi pasar dunia melalui eliminasi tarif/bea maupun menghilangkan hambatan tarif. Tarif diperkirakan akan berkisar sekitar 0 – 5 persen, berarti rela­tif sangat rendah. Enam negara telah menanda tangani persetujuan CEPT (The Common Effective Preferential Tariff) yang pada dasarnya menyetujui penghapusan bea impor setidak-tidaknya 60 persen dari IL (inclusion list) pada tahun 2003. Pada tahun 2000, terdapat sekitar 53.294 produk dalam IL yang merupakan kurang lebih 83 dari semua produk ASEAN. Globalisasi ekonomi dan sistem pasar bebas dunia menempatkan Indonesia bagian dari sistem tersebut. Pada kompetisi tingkat ASEAN saja, kita dituntut benar-benar siap, apalagi menghadapi persaingan dunia. Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta orang akan merupakan pangsa pasar yang potensial.
Bisnis baru akan banyak muncul, baik yang merupakan investasi dalam negeri maupun yang merupakan investasi modal asing. Fakta menunjukkan bahwa akhir-akhir ini Indonesia “kebanjiran” barang-barang luar negeri seperti dari Cina, Taiwan dan Korea yang relatif murah harganya. Dengan demikian, perusahaan-perusahaan Indonesia tidak hanya bersaing dengan perusahaan didalam negeri namun mereka mau tidak mau harus bersaing dengan perusahaan Multinasional dan perusahaan-perusa­haan dari negara lain. Perusahaan-perusahaan Indonesia dituntut mampu bersaing secara profesional pada skala dunia (global) supaya dapat tetap survive dan bahkan berkembang.
Kotter[3] (1992) mengingatkan bahwa globa­lisasi pasar dan kompetisi menciptakan suatu perubahan yang sangat besar. Strategi yang tepat harus diaplikasi untuk meraih keberhasilan melalui pemanfaatkan peluang-peluang yang ada pada lingkungan bisnis yang bergerak cepat dan semakin kompetitif.
Banyak perusahaan-perusahaan di dunia dan di Indonesia telah menyadari hal tersebut dan memilih strategi perusahaan yang tepat. Namun tidak sedikit pula dari mereka yang tidak memperhitungkan implikasi langsung strate­gi perusahaan tersebut terhadap sumber daya manusia. Suatu con­toh, suatu perusahaan yang sebelumnya memilih strategi analyser dan bersifat sangat berhati-hati dalam mengelola dan memanfaatkan peluang bisnis serta memiliki budaya perusahaan yang cenderung konvensional, birokratis, kurang inovatif dan berorientasi lokal, suatu saat mengubah strateginya menjadi prospector  (pelopor). Perusahaan tersebut akan mengalami banyak persoalan jika SDMnya dan budaya perusahaannya tidak dikelola dengan efektif. Perusahaan dengan strategi prospector harus didukung oleh SDM yang menganut nilai-nilai inovatif, tidak birokratis dan fleksi­bel. Tanpa ada kesesuaian antara strategi perusahaan dan strategi SD, maka hampir pasti perusahaan tersebut akan menghadapi kesulitan.

Rumusan Masalah
1.      Apakah Faktor penting SDM sebagai kinerja suatu Perusahaan?.
2.      Apakah Indikator Keberhasilan Proses Internalisasi Visi Misi melalui Progam Management Development angkatan 2013 di PT Verena Multi Finance Tbk?.


Tujuan Penelitian
1.      Mengetahui Faktor penting SDM sebagai kinerja suatu Perusahaan
2.      Mengetahui Indikator
Pembahasan
Faktor Penting SDM yang berkarakter demi kemajuan kinerja Perusahaan
Ada kata-kata bijak yang datang dari manca negara,  "When wealth is lost,  nothing is lost;  when health is lost,  something is lost; (but) when character is lost everything is lost". Terjemahan bebas dari kata-kata bijak ini ialah, "Ketika kekayaan hilang, tidak ada yang hilang; ketika kesehatan hilang,ada sesuatu yang hilang; (namun) ketika karakter hilang, segalanya telah hilang. Kata-kata bijak lainnya menyatakan,  "Knowledge is power,  but character is more";  terjemahan bebasnya adalah, "Pengetahuan adalah kekuatan tetapi karakter memiliki nilai lebih daripada itu".
Kata-kata bijak tersebut di atas  menggambarkan pentingnya karakter, baik bagi manusia selaku pribadi maupun manusia sebagai bagian dari kesatuan bangsa.  Kekayaan tentu saja sangat penting, kesehatan pun tidak kalah pentingnya bagi kehidupan manusia, de-mikian pula dengan pengetahuan;  akan tetapi itu semua tidak akan berarti apabila kita telah kehilangan karakter.
Karakter bukanlah sekedar identitas yang cenderung menam-pilkan fisik-lahiriah; akan tetapi karakter merupakan watak yang cenderung menampilkan pengembangan jati diri.
Era globalisasi dan perdagangan bebas membuat persaingan bisnis semakin ketat. Ditingkat makro, pemerintah perlu meningkatkan kompetensi SDM melalui program peningkatan mutu pendidikan. Sedang ditingkat mikro, perusahaan perlu mengadopsi visi, misi dan strategi yang tepat yang didukung oleh strategi SDM dan budaya perusahaan yang tepat pula. Pada dasarnya strategi SDM berkaitan dengan tiga aktivitas SDM: pengadaan, pemeliharaan serta pelatihan dan pengembangan. Ketiga aspek tersebut perlu mengacu pada komponen organisasi, seperti misalnya strategi, budaya perusahaan dan struktur agar mendukung keefektifan perusahaan. Strategi dan perencanaan SDM perlu didukung oleh nilai-nilai kreativitas, layanan, continuous learning dan inovatif. Konsep Learning organization seyogianya diaplikasi dan dikembangkan untuk mengantisipasi tantangan lingkungan internal dan eksternal. Artikel ini pada dasarnya membahas peranan strategi SDM dalam menghadapi era globalisasi agar perusahaan mampu bertahan dan berkembang.
Abad 21 diwarnai oleh era globalisasi, kesiapan pemerintah dalam menghadapinya perlu didukung oleh para pelaku bisnis dan akademisi. Strategi SDM perlu dipersiapkan secara seksama khususnya oleh perusahan-perusahan agar mampu menghasilkan keluaran yang mampu bersaing di tingkat dunia. Perdagangan bebas tidak hanya terbatas pada ASEAN, tetapi antar negara-negara di dunia. Situasi tersebut meru­pakan suatu ciri khas dari era global. Untuk mengantisipasi perdagangan bebas ditingkat dunia, para pemimpin negara ASEAN pada tahun 1992 memutuskan didirikannya AFTA (ASEAN Free Trade Area) yang bertujuan meningkatkan keunggulan bersaing regional karena produksi diarahkan pada orientasi pasar dunia melalui eliminasi tarif/bea maupun menghilangkan hambatan tarif. Tarif diperkirakan akan berkisar sekitar 0 – 5 persen, berarti rela­tif sangat rendah. Enam negara telah menanda tangani persetujuan CEPT (The Common Effective Preferential Tariff) yang pada dasarnya menyetujui penghapusan bea impor setidak-tidaknya 60 persen dari IL (inclusion list) pada tahun 2003. Pada tahun 2000, terdapat sekitar 53.294 produk dalam IL yang merupakan kurang lebih 83 dari semua produk ASEAN. Globalisasi ekonomi dan sistem pasar bebas dunia menempatkan Indonesia bagian dari sistem tersebut. Pada kompetisi tingkat ASEAN saja, kita dituntut benar-benar siap, apalagi menghadapi persaingan dunia. Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta orang akan merupakan pangsa pasar yang potensial.
Bisnis baru akan banyak muncul, baik yang merupakan investasi dalam negeri maupun yang merupakan investasi modal asing. Fakta menunjukkan bahwa akhir-akhir ini Indonesia “kebanjiran” barang-barang luar negeri seperti dari Cina, Taiwan dan Korea yang relatif murah harganya. Dengan demikian, perusahaan-perusahaan Indonesia tidak hanya bersaing dengan perusahaan didalam negeri namun mereka mau tidak mau harus bersaing dengan perusahaan Multinasional dan perusahaan-perusa­haan dari negara lain. Perusahaan-perusahaan Indonesia dituntut mampu bersaing secara profesional pada skala dunia (global) supaya dapat tetap survive dan bahkan berkembang.
Dalam hal ini Penulis akan membahas dua point yang menjadi daya tarik penulis ingin membahasnya dalam hal ini adalah mengenai : a. Faktor Globalisasi dan SDM Penunjang Kinerja Perusahaan, b.  Aktivitas SDM dalam Menghadapi Bisnis “Global”, dan penjelasannya dibawah ini.
  1. Faktor Globalisasi dan SDM Penunjang Kinerja Perusahaan          
Istilah globalisasi sebenarnya sudah sering dipergu­nakan sejak beberapa tahun terakhir ini. Bahkan tidak sedikit pelaku bisnis di dunia dan juga di Indonesia yang sudah memaha­minya. Namun, implikasi globalisasi pada manajemen sumber daya manusia tampaknya masih kurang diperhatikan secara proporsional karena tolok ukur keefektifannya kurang memiliki keterkaitan langsung dengan strategi bisnis. Fakta menunjukkan bahwa peranan manusia dalam menunjang pengimplenta­sian suatu strategi perusahaan, SBU (Strategic Business Unit) maupun fungsional sangat penting dan menentukan. Banyak perusahaan yang telah melakukan program-program pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia sebagai tanggapan dalam mengantisipasi suatu peruba­han lingkungan yang sangat cepat. Namun yang perlu dipertanyakan adalah "Tepatkah pro­gram tersebut dilaksanakan?" kalau jawabannya "ya" pertanyaan lain yang muncul adalah dasar dan keefektifan program, serta keterpa­duan program tersebut secara holistik dengan misi, visi, strategi serta budaya perusahaan. Jawaban pertanyaan ini penting sebagai dasar mengevaluasi keefektifan program pengembangan secara keseluruhan. Alat ukur keefektifan organisasi dan aktivitas sumber daya manusia perlu dirancang secara profesional. Capital intellectual dan pengukurannya akhir-akhir ini sering dipertimbangkan sebagai alternatif yang menjanjikan kendati peng-implemantasiannya tidak semudah yang diperkirakan.
Pada abad 21 ini pelaku bisnis harus pula mampu mengintegrasikan semua dimensi lingkungan hidup sebab masyarakat akan "menuntut" tanggung jawab perusahaan akan faktor lingkungan tersebut.
Capra[4] (1997) mengemukakan bahwa penggeseran paradigma mekanistik ke paradigma holistik akan terus berjalan dengan sendirinya. Stakeholders akan jauh beragam yang antara lain terdiri dari pemegang saham, karyawan, keluarga, pemasok, pelanggan, komunitas, pemerintah, ekosistem. Optimalisasi keuntungan bukan merupakan penekanan utama karena banyak faktor lain seperti misalnya SDM dan ikut menentu­kan kelangsungan hidup perusahaan.

Berbagai isu antara lain hak paten, royalti, ecolabelling, etika berbisnis, upah minimum pekerja, tuntutan pelanggan, lingkungan bebas polu­si, dsb ikut mewarnai dunia usaha diabad ini. Dengan perkataan lain, pelaku bisnis harus tanggap menghadapi berbagai isu tersebut dengan bijaksana. Selain itu, flexibility dan continuous learning merupakan karakteristik yang sangat penting dan yang sudah perlu dipertimbangkan oleh pelaku bisnis untuk menjawab tantangan perdagangan bebas yang semakin kompetitif. Globalisasi adalah suatu kenyataan dan akan mempunyai dampak langsung  maupun tidak langsung pada kebanyakan aspek bisnis di Indonesia. Untuk memenangkan persaingan di pasar global, perusahaan harus berupaya antara lain dalam layanan yang luar biasa pada pelanggan, pengembangkan kemampuan-kemampuan baru, produk baru yang inovatif, komitmen karyawan/wati, penge­lolaan perubahaan melalui kerja sama kelompok. Perusahaan ditun­tut berpikir global (think globally dan act locally) serta mempunyai visi dan misi yang jauh berwawasan ke depan.
Mendapatkan calon karyawan yang berkualitas dan professional di Indonesia tidak selalu mudah. Kenyataan menunjukkan bahwa lebih dari seratus ribu lowongan pekerjaan di Indonesia tidak terisi. Hal tersebut disebabkan antara lain karena ketidaksesuaian antara job requirements dengan kompetensi calon. Bajak-membajak tenaga profesional dan headhunting masih sering terjadi hingga saat ini. Tenaga profesional asing masih banyak dipekerjakan untuk menduduki posisi-posisi tertentu terutama di perusahaan besar yang berorientasi internasional. Bahkan tidak tertutup kemungkinan bahwa akan lebih banyak lagi expatriate yang akan bekerja di Indonesia di mendatang. Berdasarkan kenyataan ini, sedini mungkin SDM handal dan berkompetensi tinggi harus disiapkan. SDM di negara kita tampaknya masih kurang menunjukkan kompetensi yang diharapkan. Menurut BPS (2000), pada tahun 1999 dari 1.2 juta pencari kerja yang memenuhi persyaratan untuk 0.5 juta lowongan kerja hanya 0.4 juta orang. Hal ini jelas memberi indikasi terjadi suatu mismatch antara kompetensi calon karyawan dengan kompetensi yang dibutuhkan. Mengacu pada kenyataan ini, SDM kita harus ditingkatkan sefektif-efektifnya.
Dunia bisnis akan semakin berorientasi global terlebih lagi jika implementasi perdagangan bebas menjadi kenyataan. Kompetisi akan menjadi semakin ketat dan tuntutan dunia akan mening­kat. Hamel dan Prahalad mengatakan bahwa kompetisi pada masa depan tidak hanya dapat dilakukan dengan redefinisi strategi namun perlu juga redefinisi peranan manajemen atas dalam mencip­takan strategi sebab itu peranan para pelaku bisnis dalam mengidenti­fikasi bisnis masa depan, menganalisis, merencanakan, menentukan/merumuskan serta mengimplementasi strategi yang tepat sangat esensial dan menentukan misalnya melalui transformasi organisasi. Taylor (1994) mengemukakan beberapa tindakan yang harus dilakukan dalam melakukan transformasi organisasi agar berhasil dan siap mengha­dapi masalahan-masalah di masa depan yaitu: a) strectch goals yang mensyaratkan bahwa sasaran harus spe-sifik dan dapat diukur, b) visi masa depan, c) struktur yang ramp­ing, d) budaya baru yang mengacu pada profesionalisme, keterbukaan dan kerjasama kelompok, e) berorientasi pada mutu atau layanan berkelas dunia, f) manajemen prestasi; mensyaratkan setiap individu memberikan produk berkua­litas dan layanan yang memuaskan, g) Inovasi menyeluruh, h) kemitraan dan jaringan kerja.
 Untuk mengevalua­si SDM perlu dipertimbangkan empat faktor sebagai berikut:
Ø  Tingkat strategis, antara lain misi, visi dan sasaran organisasi.
Ø  Faktor Internal SDM , antara lain: aset SDM, kualifikasi SDM, aktivitas SDM : pengadaan, pemeliharaan, pelatihan dan pengembangan, serta kebijakan-kebijakan SDM.
Ø  Faktor-faktor eksternal, antara lain demografis, perubahan sosial, budaya, teknologi, politik, peraturan pemerintah, pasar tenaga kerja dan isu Internasional (misalnya :HAM dan ekologi).
Ø  Faktor organisasional, antara lain struktur, strategi perusahaan, budaya perusahaan, dan strategi SDM.

  1. Aktivitas SDM dalam Menghadapi Bisnis “Global”
Dengan mengacuh pada karakteristik bisnis masa depan (globalisasi), serta memperhatikan masalah-masalah SDM yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia, maka perlu dirumuskan dan diimplementasi strategi SDM yang tepat dengan mempertimbangkan aktivitas-aktivitas manajemen antara lain sebagai berikut:
1.      Prediksi SDM perlu dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif melalui penelitian SDM.
2.      Rekrutmen dan seleksi harus mendasarkan pada faktor kemampuan, kepribadian yang positif, bermotivasi tinggi, nilai-nilai yang menunjang misi, visi serta strate­gi masa depan, misalnya kreativitas, kemampuan berubah cepat, potensi berkembang, serta berkemampuan dan kemauan belajar terus-menerus.
3.      Orientasi atau induction perlu dilakukan dengan mendasarkan pada budaya perusahaan.
4.      Pelatihan serta pengembangan perlu mengacu pada kompeten, motivasi dan nilai-nilai yang diharapkan serta hasilnya harus dapat diukur.
5.      Pemeliharaan perlu dilakukan dengan memperhatikan hak dan kewajiban karyawan secara seksama. Kompensasi yang mendasarkan pada suatu pertimban­gan yang efektif dan adil. Insentif atau tunjangan harus diper­timbangan dengan seksama dan berdasarkan prestasi.
6.      Penilaian prestasi perlu benar-benar menilai prestasi karyawan secara tepat dan berorientasi pada pengembangan karyawan.
7.      Penanaman nilai yang menekankan pada paradigma learning organization, dan budaya organisasi yang berorientasi pada profesionalisme.
8.      Memperhatikan faktor-faktor eksternal ---- strategi perusahaan yang berorientasi global, lingkungan bisnis dan lain-lain.
9.      Jalur karier karyawan perlu direncanakan dengan seksama dan secara transparan dikomunikasikan.
10.  Struktur organisasi seyogyanya cenderung ramping dan fleksibel dan mendorong komunikasi lateral dan empowerment.
Dari sepuluh point diatas para Siswa MDP PT Verena Multi Finance Tbk angkatan ke 4 sudah melakukan proses dari Internalisasi baik melalui kegiatan di dalam kelas (In Class) maupun kegiatan di luar kelas (Out Class).
Internalisasi secara Epistimologi berasal dari kata intern atau kata internal yang berarti bagian dalam atau di dalam. Sedangkan internalisasi berarti penghayatan (Peter and Yeni, 1991: 576). Jadi Internalisasi adalah pengaturan kedalam fikiran atau kepribadian, perbuatan nilai-nilai, patokan-patokan ide atau praktek-praktek dari orang-orang lain menjadi bagian dari diri sendiri (Kartono, 2000: 236)[5].
Dalam hal ini PT Verena Multi Finance memiliki Visi seperti Menjadi Perusahaan Pembiayaan 10 besar di Indonesia, dan Misinya Memberikan solusi pembiayaan yang prima.[6] Setelah melalui pendidikan selama 2 minggu tersebut Penulis sedikit melakukan penelitian kasat mata ketika siswa siswi MDP Verena tersebut dikelompokkan dalam kelompok kecil, 5 kelompok yang berjumlah 16 siswa ini memahami secara mendalam makna dari Visi dan Misi yang mereka emban, dapat dibuktikan dengan cara :
1)      Antusias dalam menjawab
2)      Kepercayaan dalam menjawab
3)      Bahasa tubuh yang meyakinkan




Kesimpulan
Dengan dimulainya perdagangan bebas yang antara lain: diawalinya realisasi persetujuan AFTA, pemerintah dan pelaku bisnis harus siap menghadapinya dengan mempersiapkan strategi bisnis dan khususnya SDM agar kita mampu bersaing dalam skala dunia. Mutu SDM harus ­berorientasi kedepan, sebab itu continuous learning, fokus pada tim, "empowerment, kreatif, mengaplikasi paradigma Learning Organi­zation ---- the rigth man on the right place, at the right time, and at the rigth company perlu diaplikasi.
Profesionalisme manajemen, sistem informasi, budaya perusahaan yang tepat, pemanfaatan teknologi, strategi fungsional lainnya perlu secara terpadu mendukung pelaksanaan human resources practices yang sejalan dengan strategi SDM, strategi perusahaan, misi dan visi, disertai kepe­mimpinan yang handal, bermotivasi, berwawasan luas yang didukung oleh SDM yang berkualitas dan berorientasi pada learning organiza­tion akan memungkinkan perusahaan menghadapi persaingan bis­nis dengan lebih percaya diri.
Ditingkat makro, dalam menghadapi tantangan globalisasi perusahaan atau pelaku bisinis, pemerintah dan akademisi perlu mengembangkan tenaga kerja nasional melalui program-program terpadu dan nyata seperti misalnya penyusunan kurikulum pendidikan yang mengacu pada dunia usaha, dan pemberian pelatihan-pelatihan praktis. Kendati, tugas cukup berat, kita harus optimis dan segera menentukan dan menjalankan strategi yang tepat dalam meningkatkan mutu SDM/tenaga kerja ditingkat nasional kita agar kita tidak tertinggal jauh dalam percaturan bisnis dunia.
Pendidikan selama 2 minggu baik di dalam kelas maupun di luar kelas di harapkan lulusan MDP angkatan ke 4 ini memiliki kualitas yang memenuhi criteria K3 seperti dilihat pada bagan dibawah ini.







 












Bagan 3K
Pimpinan Manajemen pastinya ingin mendapatkan SDM-SDM yang berkualitas yang nantinya SDM-SDM ini nantinya akan menggantikan posisi mereka di Verena itu sendiri, karena Verena bukanlah hanya suatu tempat kerja melainkan Verena adalah keluarga yang dimana, keberlangsungan dan kemajuan Verena adalah tanggung jawab bersama, dengan harapan lulusan MDP angkatan 2013 ini diharapkan mempunyai Kriteria Mulia 3K seperti pada gambar diatas akan membentuk Integritas yang tinggi dengan proses internalisasi yang dilakukan oleh Learning and Development Centre PT Verena Multi Finance Tbk.
Dari hasil pengamatan yang Penulis lakukan ditemukan suatu kesimpulan bahwa kompetisi di era globalisasi bukan hanya pada produk yang ditonjolkan melainkan juga pada SDM yang memiliki keunggulan-keunggulan dibandingkan kompetitor, karena apa kinerja suatu perusahaan akan terdongkrak naik ketika persaingan antar kompetitor semakin dekat, sehingga margin semakin tipis, hal inilah dibutuhkan pribadi-pribadi karyawan yang mempunyai Integritas yang prima.
Goals yang ingin dicapai dari Verena dengan digulirkannya MDP adalah membentuk hal-hal positif seperti pada penjelasan di atas, dan semua itu sudah tercapai oleh pendidikan yang dilakukan oleh Verena itu sendiri.
Saran  
1.        Keberhasilan yang sudah dicapai oleh Pendidikan pada siswa-siswi MDP PT Verena diharapkan akan terus di asah, sehingga keberhasilan pendidikan ini tidak hilang begitu saja.
2.        Calon Asset-asset unggul yang sudah terbentuk ini, diharapkan bisa bermanfaat bagi kemajuan Perusahaan, namun dengan bentuk pengertian dari kedua belah pihak sehingga rasa saling memiliki itu ada.











Daftar Pustaka
Literatur
Mark Hoffman, 1991, ‘restructuring, reconstruction, reinscription, rearticulating: four voices in critical international theory’, Millenium: Journal International Studies 20.
Mirza Satria Buana, 2007, Hukum International teori dan praktek, Fakultas Hukum Press, Banjarmasin.

Internet
Sumber : http://sdnsimokerto7.blogspot.com/2012/03/peran-strategi-pengembangan-sumber-daya.html diakses tanggal 28 Agustus 2013
Sumber:http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2175756-pengertian-internalisasi-nilai/#ixzz2dJtwYwUJ diakses pada tanggal 28 Agustus 2013
Sumber:http://www.idx.co.id/Portals/0/StaticData/ListedCompanies/corporate_actions/new_info_jsx/jenis_informasi/01_laporan_keuangan/04_Annual%20Report/2010/VRNA/VRNA_Annual%20Report_2010.pdf, diakses pada tanggal 28 Agustus 2013


            [1] Mark Hoffman, ‘restructuring, reconstruction, reinscription, rearticulating: four voices in critical international theory’, Millenium: Journal International Studies 20 (1991), hlm. 173.
              [2] . Mirza Satria Buana, 2007, Hukum International teori dan praktek, Fakultas Hukum Press, Banjarmasin, hal.2.
[3]http://sdnsimokerto7.blogspot.com/2012/03/peran-strategi-pengembangan-sumber-daya.html diakses tanggal 28 Agustus 2013
[4] Ibid. pages 4
[5] http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2175756-pengertian-internalisasi-nilai/#ixzz2dJtwYwUJ diakses pada tanggal 28 Agustus 2013
[6]http://www.idx.co.id/Portals/0/StaticData/ListedCompanies/corporate_actions/new_info_jsx/jenis_informasi/01_laporan_keuangan/04_Annual%20Report/2010/VRNA/VRNA_Annual%20Report_2010.pdf, diakses pada tanggal 28 Agustus 2013