Sahabat Pembaca

Wednesday, February 26, 2014

Geopolitik ditengah Kebangkitan Militer Indonesia

Masih terngiang dalam benak saya ingatan Indah akan Kejayaan masa lalu,bukan karena saya pernah melalui itu,akan tetapi dari literatur-literatur yang pernah dibaca.

Nusantara yang tak mau terinjak-injak harga dirinya,lebih memilih untuk angkat senjata meskipun harus melawan kekuatan yang jauh lebih kuat,ada beberapa tokoh kita yang menjadi mendunia karena kehebatan mereka memimpin peperangan melawan barat.

Masa Majapahit dan Sriwijaya a/ masa yang tak terbantahkan kegemilangannya,masa dimana hampir seluruh Kepulauan nan-hai (tiongkok), dwipantara (sanskerta), indische archipel (belanda),Insulinde (Dowes Dekker/Multatuli) maupun penyebutan "Indunesia" yang berarti Kepulauan Hindia dalam artikelnya yang berjudul "On the Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations (JIAEA Volume IV tahun 1850, halaman 66-74,) " oleh George Samuel Windsor Earl ( 1813 – 1865 )dikuasai oleh Pemimpin kita,konon pada masa itu hanya ada Dua Negara Adidaya di Timur, di Tiongkok dan Nusantara.

Kita berbagi kekuasaan di Utara dan Selatan pada masa itu dengan Mereka,dimana masa olah tubuh bela diri & strategi perang menjadi faktor terpenting dibanding senjata yang kita punya.

Bangsa inipun pernah melawan kekuatan besar Bangsa lain di Tanah pertiwi, kita mengingat Perang Diponegoro kala itu melawan Penjajah Belanda, dengan kekuatan sederhana kita berhasil banyak membunuh pasukan Eropa, dan patut kita bangga jika pada saat itu, Pangeran tidak terjerembab siasat licik Belanda,bukan tidak mungkin kita berhasil mengusir mereka saat itu (Konon awal dari peperangan ini berawal ketika Belanda ingin membangun jalan melintasi makam Leluhur Kerajaan).

Kita juga mengenal Panglima Besar Jend Soedirman yang melawan Agresi I & II Belanda, Bung Tomo dengan Kalimat Takbirnya bisa membangkitkan Pemuda Surabaya untuk melawan Inggris (NICA).

Pada masa Bung Karno memang kita tidak terlibat Perang besar Membela Negara ataupun Ekspansi kewilayah Negara Lain, namun dengan bantuan Militer kita, Brunei dan Singapore menjadi merdeka, kita juga melatih beberapa Negara dalam membentuk Angkatan bersenjata mereka, ambil contoh Vietnam,Kamboja,dan Pakistan.

Bahkan kita juga pernah melawan Amerika pada masa Pemberontakan dahulu,terbukti ketika Pilot mereka tertembak di Kalimantan dan dijadikan tawanan yang nantinya dipaksa menjadi instruktur bagi calon-calon penerbang kita.

Kemampuan Individu Prajurit kitapun sangat diperhitungkan Dunia hingga saat ini, tak banyak yang tahu ketika prajurit RPKAD membunuh pasukan SAS Inggris di Kalimantan, ketika Dwikora bergejolak.

Dari begitu banyak sejarah kejayaan kita, sekarang seolah menjadi antiklimaks ketika seringnya kita dilecehkan oleh Bangsa lain.

Berita tentang Keberatan Singapur atas penamaan KRI Usman Harun, yang dalam sejarahnya mereka adalah pasukan Katak TNI yang melakukan Infiltrasi ke Singapura & dihukum mati disana.

Sebelumnya pula ketika Nelayan Indonesia yang di "Larung" dilaut oleh Tentara Papua New Guinea yang menyebabkan 4 nelayan kita tewas,belum ditambah aksi Australia yang memasuki teritori laut kita, bahkan China yang merangsek masuk ke wilayah kita di Laut China Selatan untuk membebaskan Nelayan mereka yang dtangkap.

Melihat begini, mau gak mau TNI harus melakukan sesuatu, untuk membangkitkan Marwah, Macht Wibawa Bangsa, dan Politikpun harus bersinergi.

Geopolitik kita yang teramat strategis dan luas, menyebabkan perlu adanya strategi baru guna menghadapi kemajuan militer negara-negara tetangga.

Sepertinya perlu ada "Aksi Militer" ketetangga dibalut selimut domba. Semisal terjunin aja Kopassus ke Batam, dengan jumlah 500 personil, tapi mereka tidak menggunakan atribut militer melainkan sipil, dibekali paspor ditangan, pasukan ini menumpang kapal penyebrangan ke Singapura, pelesir lah mereka ke tempat-tempat strategis disana, dengan berbekal Kaos Putih bertuliskan Usman-Harun is my Hero, kita liat psykologis mereka. Tidak ada aturan Internasional yang melarang turis dalam jumlah tertentu berkunjung bersamaan ke suatu negara. Biarlah mereka lihat atraksi "Turis" asing yang terjun payung dari Hercules dan mendarat dengan selamat menjadi turis dinegara mereka.

Pada Kasus PNG its simple pantau terus penyelidikan pembuangan Nelayan kita oleh tentara mereka, jika ini ada unsur "penindasan", ajari saja mereka sedikit arti kesopanan.infiltrasi bisa dilakukan, sabotase fasilitas umum mereka lalu pulang balik.

Laut China Selatan sudah sewajarnya dibangun Pangkalan Militer di Natuna, selain untuk pertahanan juga untuk mencegah Pencurian Ikan disana, hanya TNI yang bisa bukan DKP lagi.

Masalah Aussie dulu kita pernah mengagetkan mereka lewat aksi TUBear ke Jantung Ibukota mereka, tapi bukan itu yang akan dilakukan, Tembak saja setiap kapal mereka yang masuk teritori kita, ekstrem memang tapi mungkin itu untuk melawan ke arogansian mereka.

Mungkin tulisan ini hanya sebagai imaji dari saya, tetapi ada cara yang bisa dilakukan untuk mengembalikan Kewibawaan Bangsa dari tindakan yang meremehkan Kedaulatan Negara tanpa melulu mempertimbangkan dampak Ekonominya.

Gamprit V, 12/02/14
Di Abad Fatamorghana

No comments:

Post a Comment

Silahkan komentar disini, diharapkan gak pake nama samaran cuy..., biar qt akrab gitu...